20 November 2008

[flash fiction] Engkaulah Alasan Kehadiranku di Dunia

"Mas.., engkau adalah salah satu alasan keberadaan diriku di dunia ini.., jika tanpa kamu, mungkin aku akan kesulitan untuk terus bertahan hidup..."

Masih teringat ketika setahun setelah pernikahan kita, aku berkata seperti itu. Dan sampai detik ini, aku masih ingat pula jawaban dirimu. Diiringi senyum khasmu, setelah mencium keningku, kamu merespon,

"Cinta..", -panggilan sayang buat diriku-, "kamu kan tahu seberapa besar cinta mas buat kamu?", aku mengangguk, "kamu kan juga tahu tujuan penciptaan kita sebagai manusia", aku tertunduk.

Kamu mengingatkan diriku, suatu saat nanti, salah satu dari kita akan mendahului yang lainnya, meninggal dunia.

Dengan nada bercanda kamu mengakhiri ucapanmu,

"Aku ingin meninggal lebih dulu dari kamu. Karena akupun mungkin tidak akan sanggup, hidup tanpa adanya kamu"

Hufff.., bendungan air mataku hampir pecah, menahan lajunya tertumpah.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku"

Mas-ku menggenggam tanganku, erat. Surat ke lima puluh satu ayat ke lima puluh enam.

"Mas, aku bahagia menjadi istrimu, baktiku padamu adalah wujud ibadahku kepada Tuhan kita"

"Ya Rabbi.., hamba bersyukur mendapatkan istri seperti dirinya. Dialah anugrah terindah setelah nikmat Iman dan Islam dalam dadaku...", mas ku bergumam, cukup jelas terdengar. Aku malu.

Malam ini, jangkrik malam tidak seriuh biasanya. Angin yang memasuki halaman belakang rumah ini, tidak sedingin hari-hari sebelumnya. Rembulan yang terbit malam ini, lebih cerah sinarnya. Bintang begitu terang. Langit malam tampak begitu indah. Seperti biasa, dua insan sedang asyik duduk di beranda taman belakang rumah mungilnya. Aku dan mas-ku tercinta.


* * *


Kejadiannya begitu cepat, aku tidak begitu menyadarinya. Yang kuingat, aku sedang mengendarai motorku, lalu menabrak, atau ditabrak sesuatu. Kini aku sudah didorong di sebuah lorong, terbaring di tempat tidur yang memiliki roda. Perempuan-perempuan berbaju putih tampak serius dan cemas, ada yang mengukur tensiku, sambil kami terus melaju. Seorang yang berpenampilan khas dokter, stetoskop melingkari leher, mengamati bagian yang terasa sakit ditubuhku.

"Sepertinya parah, ada cedera di kepala. Tekan terus pendarahan di kepalanya", seorang perawat disebelahnya mengganti kain yang telah penuh darah.

Seorang perempuan tua di samping kiri, bertanya,

"Ibu, siapa namanya..?"

"Annisa Ramadhani", jawabku tergagap, susah, aku mengalami kesulitan mengeluarkan suara.

"Ada nama dan kontak yang bisa dihubungi untuk membantu?"

Aku menyebutkan namamu mas, dan nomor telponmu yang kuhapal di luar kepalaku.

Ah.., sakit! Keluhku...

Terbayang di benakku, aku mungkin akan kesulitan untuk hidup tanpa dirimu mas.., dan akupun yakin, bahwa engkau memiliki ketakutan yang sama...


---000---

Samarinda, 21112008
Syamsul Arifin
*sambungan cerpen "Secantik Bunga di Taman Surga", dengan alur flash back, kali ini dengan sudut pandang dari pihak si wanita :)

15 comments:

  1. ini enam jempol selanjutnya setelah empat jempol di "secantik bunga di taman surga". Jadi semua....
    *ngitung pake jari
    sepuluh jempooooooooooollll...

    ReplyDelete
  2. Oo annisa ramadhani ya..

    Mau comment takut ga nyambung :toe:

    nice story

    [mr. Ipin mode on :D]

    ReplyDelete
  3. Yak, ditunggu kelanjutannya :D

    ReplyDelete
  4. keren abizzz.. subhanallah

    ReplyDelete
  5. keren abizz lah pokoke.. subhanallaha

    ReplyDelete
  6. dah kagak sabar baca kelanjutannya

    ReplyDelete
  7. wah udah keemu yak annisa ramadhani nya ust syamsul aripin? ditunggu undanganna lah sok2.. :D

    ReplyDelete
  8. again.. annisa ramadhani..
    upin bikin aq sedih..hiks

    ReplyDelete
  9. jadi... annisa ramadhaninya....

    ReplyDelete
  10. teruslah berkarya...upin ya, moga endingnya happy...(maunya...^_^)

    ReplyDelete