30 November 2008

Hujan

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. "Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?" tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!" 

**

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan. (mnuh)


Sumber: http://eramuslim.com/hikmah/tafakur/hujan.htm

14 comments:

  1. Iya dah baca d eramuslim juga..td bca dri atas coba inget2 dmanaaa prnah bca ni artikel.,

    pas d bwh bru ingat eramuslim, heheh

    ReplyDelete
  2. wah kebetulan ditempat saya baru mendung neeh.

    ReplyDelete
  3. wah kebetulan ditempat saya baru mendung neeh. mudah2an menjadi hujan yang menyegarkan bumi dan penghuninya.

    ReplyDelete
  4. fa inna ma'al 'usri yusron inna ma'al 'usri yusro.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, begitu menyejukkan.

    ReplyDelete
  6. ibu katak yang pintar
    seperti itulah orang yang mengerti tentang hikmah di balik setiap kejadian

    ReplyDelete
  7. tema nya pas... "musim hujan"...
    tapi kisahnya emang OK oi...

    ReplyDelete
  8. Kuncinya sabar menghadapi dan tidak gampang mengeluh. Ninis sekarang berusaha ke tahap itu. seberat apapun ujian dari Alloh, harus dihadapi dengan sabar.
    nb: kak ipin, commentnya nyambung gak sih? Hehe.

    ReplyDelete
  9. setiap orang punya kecenderungan tertentu terhadap hujan

    ReplyDelete
  10. slalu ada hal yg patut kita syukuri, hatta dalam ujian dan cobaan yg datang...
    tfs, akhi :)

    ReplyDelete
  11. Tfs akh..
    Ana jg sedang melihat tanda2 akan turun hujan.
    insya Allah, tanda2 yg menakutkan ini berganti menjadi indah :)

    ReplyDelete