25 November 2008

Sekelebatan Pikiranku Mengenai Harta-Kekayaan

Sebagaimana seorang muslim yang kuat lebih dicintai dari seorang muslim yang lemah, mungkin saja (menurut pendapat sendiri), menjadi seorang muslim yang berharta, bisa jadi lebih baik dari seorang muslim yang tidak berharta.

Abu Dzarr Ra berkata bahwa beberapa sahabat Rasulullah Saw berkata, "Ya Rasulullah, orang-orang yang banyak hartanya memperoleh lebih banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka." Nabi Saw lalu berkata, "Bukankah Allah telah memberimu apa yang dapat kamu sedekahkan? Tiap-tiap ucapan tasbih adalah sodaqoh, takbir sodaqoh, tahmid sodaqoh, tahlil sodaqoh, amar makruf sodaqoh, nahi mungkar sodaqoh, bersenggama dengan isteri pun sodaqoh." Para sahabat lalu bertanya, "Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala?" Nabi menjawab, "Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di tempat yang haram bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala. (HR. Muslim)

Seorang muslim yang berharta, selain bisa mengucapkan ucapan tasbih, beramar ma'ruf, bersenggama dengan istrinya, shalat, puasa, berwajah cerah, dan berbuat amalan badan yang lainnya, juga mempunyai kelebihan harta, sehingga dia bisa beramal melebihi saudara-saudara muslimnya yang lainnya, dengan bersedekah dengan kelebihan hartanya.


Wahai 'Amru, alangkah baiknya harta yang sholeh di tangan orang yang sholeh. (HR. Ahmad)

Salah satu indikator kebaikan sebuah masyarakat adalah ketika harta, berada pada tangan orang-orang yang shaleh.
Coba bayangkan kalau harta dikuasai oleh orang-orang yang buruk akhlaknya, tentu dia akan mengelola hartanya dengan sia-sia dan lebih banyak untuk keburukan.
Tapi kalau harta dikelola oleh orang shalih, insya Allah, ada banyak kebaikan yang bisa dijalankan, ngasih beasiswa anak yatim tetangganya, ngasih santunan janda-janda, orang jompo, menolong orang yang memerlukan uang, buat kajian-kajian keislaman, bakti sosial, membangun pengajian/masjid/pesantren/islamic center, membuat program-program menarik yang bisa mengajak masyarakat/pemuda/orang tua/anak-anak ke Islam, dll.

Pada akhir jaman kelak manusia harus menyediakan harta untuk menegakkan urusan agama dan urusan dunianya. (HR. Ath-Thabrani)

Minimal, ia akan menyalurkan hartanya untuk kebaikan agamanya, buat naik haji, buat motong qurban, buat aqiqahan, buat bayar zakat, buat ngasih waqaf, mencukupi kebutuhan anak-istrinya, dll.

Karenanya, mungkin ada baiknya jika seorang muslim itu bisa mencukupi dirinya dengan bersemangat meraih bagian dunianya.

Harta kekayaan adalah sebaik-baik penolong bagi pemeliharaan ketakwaan kepada Allah. (HR. Ad-Dailami)


Bersemangatlah menjadi orang yang kaya, karena orang-orang kaya yang shalih tentu akan sangat dibutuhkan umat ini.

Awal mula agama ini tegak, salah satu dari sekian banyak alasannya adalah juga karena harta yang dipegang orang-orang yang shaleh.
Ada khadijah RA, istri nabi, yang mensupport perjuangan Rasulullah SAW, ada Abu Bakar RA yang membebaskan Bilal RA, ada Utsman bin Affan RA yang membeli sumur orang yahudi dengan harga yang sangat mahal, dan banyak lagi contoh lainnya.

Jihad juga memerlukan harta, dan dengan harta kita bisa berjihad.

Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. (QS. An-Nisaa': 95)

Bahkan bisa jadi, karena tidak ada harta, kita bisa jadi tidak bisa ikut berjihad.

Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. (QS. At-Taubah: 92)


Tapi kudu hati-hati juga, karena harta bisa mencelakakan diri kita.

Sesungguhnya orang-orang yang mengelola harta Allah dengan tidak benar maka bagi mereka api neraka pada hari kiamat. (HR. Bukhari)


Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)


Semoga kita bisa selamat dunia akhirat, mendapat kemenangan dunia-akhirat (hayyah alal falah, hayyah allah shalah)

:topOK:

9 comments:

  1. menjadi kaya???
    sapa takut!!!

    ReplyDelete
  2. Amin.smoga harta kita bs jd perantara ke surga.amin.

    ReplyDelete
  3. Subhanallah. Jzkllah ya tausiah nya.

    ReplyDelete
  4. Doakan ya kami kan mjadi orang kaya, kaya hatinya dan kaya akan amalnya

    ReplyDelete
  5. Doakan ya kami kan mjadi orang kaya, kaya hatinya dan kaya akan amalnya. Amatlah sia-sia, ktika memiliki bnyak harta namun tak berujung pd amalan

    ReplyDelete
  6. Jadi inget dua buah tulisan yang bertolak belakang....tema ini bisa kontroversial sehingga harus diposisikan pada tempat yang bijak dan untuk segmen yang tepat. jangan sampai tema seperti ini justru mengajarkan kita menjadi kaya tapi tidak diimbangin oleh produktivitas dakwahnya.

    ReplyDelete
  7. tulisan yang mencerahkan...tks

    ReplyDelete
  8. Hamba alloh yg sejati adlah yg mampu mewujudkan kerendahan hati walopun mungkin statusnya tinggi dan rela meninggalkan keduniawian walopun hatinya ingin menikmatinya..

    ReplyDelete