05 October 2009

Cinta itu “Mengembangkan”

“Ku berikan segalanya buat kamu, demi cintaku”

Beugh.., romantiskan..? Atau malah terkesan sangat-sangat picisan..?

Menurut saya, orang yang mencintai seseorang, maka ia akan membuatnya merasa bahagia. Dan terkadang, ngga semua yang mereka minta, lalu dipenuhi, akan membuatnya bahagia, malah justru hal itu bisa jadi sesuatu yang mencelakakannya.

Misalnya saja, seorang anak kecil yang merengek-rengek kepada ayahnya agar diperbolehkan masuk ke kandang macan. Lalu dengan alasan cinta dan kasih sayang, sang ayahpun memuluskan jalanya tuk masuk kandang binatang buas tersebut. Bayangkan apa yang akan terjadi?

Pecinta yang sejati tentu menginginkan keselamatan bagi kekasihnya, menginginkan kebaikan bagi orang yang dicintainya, mendambakan kebahagiaan, dst.

Untuk itulah pula Allah menetapkan larangan-larangan, menjaga manusia dari hal-hal yang membinasakannya, melindunginya dari hal-hal yang merusak, mengharapkan kebaikan bagi dirinya.

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji. (Shahih Muslim)

Untuk itulah pula Rasulullah SAW mengajarkan hukum-hukum dalam Islam, menjelaskan, mengajarkan, dan mengarahkan. Atas dasar kecintaannya kepada umatnya. Bahkan hingga detik-detik akhir kehidupannya, beliau masih juga mengingat umatnya!

Demikian pula kita seharusnya mencintai seseorang. Ada semangat menjaganya (dari keburukan/kejelekan), ada antusiasme untuk bisa terus membantunya dalam akselerasi perbaikan/peningkatan diri.

Ketika kita menyatakan siap mencintai seseorang, maka pada hakikatnya, kita pun menyatakan (dari sisi lain), bahwa kita menginginkannya bahagia, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat sana, menginginkan dirinya menjadi terus lebih baik, sejak saat kita mencintainya.

Bukankah demikian..? Entahlah…



---000---

Balikpapan, 5 Oktober 2009
Syamsul Arifin

3 comments:

  1. kadang kita mencintai se1 bukan krn kita tulus mencintainya
    tp tyt kita merasa bhg krn kita brsm orang yg kita cinta
    sdgkn bahga-kah dia dgn kita ?
    kita ngga peduli...jadi tanyakan kmb cinta kita itu?

    ReplyDelete
  2. Kenapa diakhiri dengan "entahlah"? Penekananny jadi mengabur..

    ReplyDelete