28 May 2008

Panggilan Ayah dan Bunda (untuk suami-istri)...?

Panggilan seorang suami kepada isterinya dengan sebutan 'bunda' memang sangat banyak kita lihat. Bukan hanya kata 'bunda' saja, tetapi semua variannya, seperti 'mama', 'ibu', 'kakak', bahkan 'ummi'.

Demikian juga dengan panggilan seorang isteri kepada suaminya, seringkali dengan sebutan 'ayah', 'papa', 'bapak', 'adik' dan bahkan 'abi'.

Sebenarnya tidak ada yang terlarang dengan panggilan-panggilan seperti ini, asalkan sudah menjadi kelaziman. Tentu sama sekali tidak ada niat dari masing-masing pasangan untuk memposisikan suami atau isteri dengan cara yang berbeda. Maksudnya, ketika seorang isteri memanggil suaminya dengan sebutan 'ayah', tentu niatnya bukan menganggap suaminya sebagai ayahnya. Demikian juga sebaliknya.

Memang secara bahasa, panggilan-panggilan ini agak rancu. Tapi yang tidak rancu terkadang malah aneh terdengar di telinga. Mungkin kita akan merasa janggal kalau mendengar seorang isteri memanggil suami dengan sapaan "Suamiku, suamiku!." Lalu suaminya menjawab, "Ya, ada apa isteriku?" Persis potongan film Cina yang disulih (dubbing) dengan bahasa Indonesia.

Jadi ini sebenarnya masalah rasa bahasa. Kita adalah bangsa yang tergolong santun dalam berbahasa, saking santunnya sampai-sampai 'keluar' dari alur aslinya. Meski tidak harus selalu bertentangan dengan syariah.

Misalnya panggilan 'saudara' atau 'saudari', sudah menjadi sebuah keumuman bahwa kita menyapa orang lain, baik yang kita kenal atau pun yang tidak dengan panggilan itu. Padahal kalau mau ditarik ke arah hukum syariah, seorang laki-laki diharamkan menikah dengan saudari perempuannya. Atau lebih tegasnya seorang al-akh tidak boleh menikahi ukhti-nya. Karena hubungan antara akh dengan ukht adalah hubungan kemahraman yang dilarang terjadinya pernikahan.

Panggilan Abi dan Ummi

Sayangnya, ada panggilan yang agak 'lebih parah' lagi. Yaitu panggilan isteri kepada suaminya dengan sebutan 'abi'. Dan sebaliknya, panggilan suami kepada isterinya dengan sebutan 'ummi'.

Kenapa kami bilang lebih parah?

Karena kata 'abi' bukan sekedar bermakna ayah, yang masih bersifat umum, tetapi sudah makrifah, di dalamnya sudah ada penekanan bahwa yang dipanggil abi adalah ayah saya. Maka ketika isteri menyebut 'abi' artinya adalah ayah saya. Ketikasuami menyebut 'ummi' artinya adalah ibu saya.

Di sini yang jadi sorotan adalah semangat menggunakan bahasa arab yang agak kurang tepat mengenai sasaran. Masalahnya, Rasulullah SAW dan para shahabat yang orang arab, sama sekali tidak pernah menyapa isteri mereka dengan sebutan 'ummi'. Para isteri shahabat juga tidak pernah memanggil suami mereka dengan sapaan 'abi'. Karena suami mereka memang bukan ayah mereka, sebagaimana isteri mereka bukan ibu mereka.

Mereka tetap memanggil isteri mereka dengan kata umm, tetapi bukan 'ummi'. Di sini letak titik masalahnya. Mereka panggil isteri mereka dengan sebutan yang menyebutkan kedudukan ibu terhadap anaknya. Kalau anak mereka bernama Zaid misalnya, maka panggilannya adalah: 'Umma Zaid'.

Kok umma bukan ummu?

Ya, karena kata umm dalam kalimat itu berposisi sebagai munada atau pihak yang dipanggil, dan dia sendiri adalah mudhaf, maka kedudukannya menjadi nashab (manshub). Dan tandanya adalah fathah. Aslinya, ada huruf munada seperti 'ya'yang artinya wahai. Maka aslinya: Ya umma Zaid. Artinya, wahai ibunya Zaid.

Demikian juga, si isteri menyapa suaminya bukan dengan sebutan 'abi', melainkan 'aba zaid'.

Tetapi sebutan itu bukan panggilan langsung kepada orangnya, maka posisi rafa' dengan dhammah sebagai tandanya. Abu Zaid dan Ummu Zaid.

Maka tidak ada salahnya kita sedikit mengoreksi masalah ini, sambil hitung-hitung belajar bahasa arab dengan baik. Kalau anda punya anak bernama Muhammad, cobalah sapa isteri anda dengan panggilan: umma Muhammad. Akan terasa lebih meresap dari sisi bahasa dan tentunya lebih syar'i. Ketimbang disapa dengan sebutan yang lain.

Tetapi apa yang kami sampaikan bukanlah hal yang prinsipil, apalagi menabrak larangan syariah. Sekedar bahan renungan, setidaknya untuk mereka yang sedang merindukan untuk punya bahtera kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Apa salahnya sejak awal sudah lebih kritis dalam penggunaan istilah?

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Sumber: http://www.eramuslim.com/ustadz/nkh/7326173638-panggilan-ayah-bunda.htm

12 comments:

  1. sukron ya mas atas informasinya ini. bisa jadi pedoman untuk mengoreksi kesalahan dalam memanggil pasangan dengan menggunakan bahasa arab. pengennya kelihatan islami tapi malah salah kaprah.

    ReplyDelete
  2. wah.. ipin.. udh mulai ancer2 ya...
    hmm.. ntr ipin dpanggil abu siapa ya?
    klo asty sendiri.. hmm.. manggil ayah-bunda aja walopun masih b2an...

    ReplyDelete
  3. heheeh, aku jadi ingat ada yang nulis ukhtiku, lho ukhti sendiri kan juga udah saudariku, kok, tambah "ku" lagi..
    trus ingat temen yang manggil ibunya ummi... jadi ummiku.. :D, bingung juga pas mau ikut2 ngomong ummi, harusnya ummuki...

    doeng2 jadi ingat masa kuliah...inget bhs arab...

    ReplyDelete
  4. tapi sebetulnya sih, klo udah punya anak, dan ingin mengajarkan anaknya manggil "umi" atau "abi", sepertinya sih boleh2 saja ^_^

    bukankah kadang, untuk ngajarin adiknya manggil kakaknya dengan sebutan "kakak", kadang orangtua juga memanggilnya dengan sebutan "kakak". demikian juga dengan istilah "om" atau sapaan yang lainnya, terkadang orang tua mempraktekkannya sebagai pengajaran kepada anaknya :)

    *mode sotoy ON* "hihihi %peace%

    @asty
    iya nih, penasaran jg ^_^

    ReplyDelete
  5. jadi inget om2ku. manggil kakak2nya pakai nama anak sulungnya. misalnya: mamanya ekky, bapaknya dini.

    ReplyDelete
  6. oh, film Cina ya? kirain telenovela. haha... jangan-jangan posting artikel ini karena habis baca postinganku? *sedang ge-er*

    ReplyDelete
  7. kayaknya lebih asyik kalo bikin panggilan yang gak umum biar beda dengan yang kebanyakan... biar lebih mengena dan lebih personalisasi ...

    Oiya, boleh edit sedikit buat judulnya ya : temannya BUNDA itu BUKAN AYAH tapi PANDA... hihihihi

    ReplyDelete
  8. Sip dapet pencerahan. Bisa jadi referensi niy. TFS mas :)

    ReplyDelete
  9. @ekkyii
    ow, dah ada contoh lainnya toh :D

    @desi
    wew :P GT deh :P :hihi:

    @lussy
    komentar iseng deh :P

    @mbatyas
    sama2 mba ^_^
    *btw, klo dipanggil mas sm mbatyas, jadi serasa tua nih :D hehehehe

    ReplyDelete
  10. hmmmm....numpang ijin buat copy pasti yaaaa
    ^_^

    ReplyDelete
  11. sekedar ikut urun rembug...
    anak saya manggil saya dan suami dengan sebutan abi dan ummi...
    sebelumnya saya ngga terlalu mendalami makananya..tapi setelah share dengan teman yang menjelaskan arti sebenarnya, saya mulai sedikt paham.
    Tapi ada sedikit perbedaan pin dengan tulisan dikau... katanya makan sebuah kata/bahasa bisa mengalami transformasi arti.. jadi ngga apa2 manggil gitu juga untuk memberi contoh anak asalkan jangan dipahami dengan arti sebenarnya...
    Wallahualambishawab

    ReplyDelete
  12. ayah bunda...kayak nama tabloid...:P
    tapi teteeeup dipake juga ama bunda dan ayahna Afkar...:P

    ReplyDelete