“Mas, antarkan aku menuju kaki pelangi itu dong”, istriku merengek pelan, kami sedang duduk di beranda rumah menikmati teh hangat, ketika langit senja yang berwarna merah memunculkan goresan garis warna-warni. Perut istriku buncit, Ia sedang hamil empat bulan, mungkin ini salah satu ngidamnya.
“Hummm, pelanginya jauh dek”, aku berkilah, mencari alasan. Sore ini lebih nyaman jika dihabiskan dengan bersantai. Malas.
“Sepertinya ia tidak terlihat terlalu jauh”, desaknya. Wanita dengan lesung pipit kecil itu meletakkan cangkir tehnya, dia menyilangkan kakinya. Gelagat ngambek nih.
Ia merengutkan bibir merah tanpa lipstiknya.
“Huff, iya, hayuh kita berangkat”, ujarku lemah.
“Asyik”, ia melonjak gembira.
Kami menyusuri jalanan
“Di balik bukit itu mas”, soraknya, sambil menunjuk ke bukit merah.
Aku membelokkan motorku. Bukit di ujung
Pelangi masih bertahan, ia belum hilang. Gemericik air deras, suaranya terdengar tak beraturan, merdu dalam keharomian alam.
“Ternyata pelangi yang
“Ia terlihat lebih
Ia mengangguk.
“Kamu
“Iya, tapi setelah menikah dengan dirimu, aku tidak membutuhkan pelangi lagi”
“Hah. Maksudnya?”, ekspresi terkejut
“Kau yang terindah. Aku tak perlu pelangi kala kau disini* ”, aku tersenyum pada wajahnya yang perlahan merona merah.
*potongan dialog yang diambil dari cerpen Kivu Bukavu, Helvy Tiana Rosa
--- end of fiction story ---
Pelangi memang terlihat
Dalam hidup ini, kita pun sering kagum pada keindahan-keindahan yang seharusnya tidak perlu terlalu kita kagumi. Harta, tahta, jabatan, dan perwujudan materi lain-lainnya, pesona-pesona yang sangat rapuh dan tidak berkekalan.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali-'Imraan: 14)
Bahkan tak jarang, kita sering kagum kepada
Semua harta dunia itu memang tidak diharamkan dalam Islam,
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Al-A'raaf: 32)
Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu
Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (QS. Ali-'Imraan: 196-197)
Maka keluarlah
Kehidupan dunia menjadi bagian dari salah satu kebahagiaan yang kita cari, proporsional dengan kebahagiaan yang utama yang kita kejar, keridhoanNya.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)
Semoga kita selamat dari jebakan dunia, meraih kemenangan dunia, dan dikaruniai kebahagiaan di akhirat kelak… (amin)
---
Syamsul Arifin
“hayya allas sholaah, hayya allal falaah..”
Allahumma amin
ReplyDeleteCerpen yang bagus dan mencerahkan
TFS
masih seputar 'ini' ya pin ^__^
ReplyDeletebagus, terharu, soalnya ana suka sekali dengan pelangi, sakura, senja dan bintang. Ehm...jadi berimajinasi nih!
ReplyDeleteterharu ka.. total terharu!!!
ReplyDeletenumpang ngambil yap, mau di post di blog juga..
ReplyDelete