26 October 2008

[cerpen + hikmah] Bayangan Pelangi

“Mas, antarkan aku menuju kaki pelangi itu dong”, istriku merengek pelan, kami sedang duduk di beranda rumah menikmati teh hangat, ketika langit senja yang berwarna merah memunculkan goresan garis warna-warni. Perut istriku buncit, Ia sedang hamil empat bulan, mungkin ini salah satu ngidamnya.

 

“Hummm, pelanginya jauh dek”, aku berkilah, mencari alasan. Sore ini lebih nyaman jika dihabiskan dengan bersantai. Malas.

 

“Sepertinya ia tidak terlihat terlalu jauh”, desaknya. Wanita dengan lesung pipit kecil itu meletakkan cangkir tehnya, dia menyilangkan kakinya. Gelagat ngambek nih.

 

Ia merengutkan bibir merah tanpa lipstiknya.

 

“Huff, iya, hayuh kita berangkat”, ujarku lemah.

 

“Asyik”, ia melonjak gembira.

 

Kami menyusuri jalanan kota Samarinda, kota kecil tempat kami tinggal, dengan mempergunakan motor bebek bersahaja yang biasa mengantarkanku ke tempat kerja. Penumpangku tampak sangat antusias, ia terlihat senang, angin senja menerpa muka yang tidak tertutupi helm, sejuk, ia menggoyangkan pula rok panjang istriku. Berkibaran.

 

“Di balik bukit itu mas”, soraknya, sambil menunjuk ke bukit merah.

 

Aku membelokkan motorku. Bukit di ujung kota yang memiliki air terjun. Salah satu tempat pariwisata kota kami.

 

Pelangi masih bertahan, ia belum hilang. Gemericik air deras, suaranya terdengar tak beraturan, merdu dalam keharomian alam.

 

“Ternyata pelangi yang indah ini hanya sekedar bias cahaya rintik air ya mas?”

 

“Ia terlihat lebih indah jika dipandang dari jauh ya?”, aku menyahut.

 

Ia mengangguk.

 

“Kamu kan suka pelangi juga mas?”

 

“Iya, tapi setelah menikah dengan dirimu, aku tidak membutuhkan pelangi lagi”

 

“Hah. Maksudnya?”, ekspresi terkejut nampak jelas di raut wajahnya, ia memalingkah wajahnya kepada diriku, menanti lanjutan perkataanku.

 

Kau yang terindah. Aku tak perlu pelangi kala kau disini* ”, aku tersenyum pada wajahnya yang perlahan merona merah.

 

 

*potongan dialog yang diambil dari cerpen Kivu Bukavu, Helvy Tiana Rosa

 

 

--- end of fiction story ---

 

 

 

Pelangi memang terlihat indah, ada pesona pada susunan warna-warninya yang menakjubkan. Tapi sadarkah kita, bahwa ternyata ia tercipta hanya dari pantulan cahaya yang merobos rintik-rintik air…?

 

Dalam hidup ini, kita pun sering kagum pada keindahan-keindahan yang seharusnya tidak perlu terlalu kita kagumi. Harta, tahta, jabatan, dan perwujudan materi lain-lainnya, pesona-pesona yang sangat rapuh dan tidak berkekalan.

 

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali-'Imraan: 14)

 

Bahkan tak jarang, kita sering kagum kepada orang-orang yang terlihat hidup dalam kegemerlapan dunia. Punya rumah megah, mobil mewah, gaya hidup yang jet-set, pakaian-pakaian yang menawan, dll

 

Semua harta dunia itu memang tidak diharamkan dalam Islam,

 

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Al-A'raaf: 32)

 

Namun, kita mesti dapat menjaga diri dari terseret terlalu jauh dalam ketertarikan yang kuat/berlebihan terhadap segala kemewahan dunia yang tidak dibenarkan, semisal kemewahan yang didapat pengusaha-pengusaha yang menjalankan bisnisnya di bidang-bidang usaha yang haram, para selebritis, para pejabat negara yang jelas-jelas mengkorupsi uang rakyat, ataupun kemewahan yang dinikmati oleh para musuh Allah.

 

Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. (QS. Al-Mu'min: 4)

 

Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (QS. Ali-'Imraan: 196-197)

 

Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar". (QS. Al-Qashash: 79-80)

 

Kehidupan dunia menjadi bagian dari salah satu kebahagiaan yang kita cari, proporsional dengan kebahagiaan yang utama yang kita kejar, keridhoanNya.

 

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)

 

Semoga kita selamat dari jebakan dunia, meraih kemenangan dunia, dan dikaruniai kebahagiaan di akhirat kelak… (amin)

 

 

---

 

Samarinda, 26 Oktober 2008

Syamsul Arifin

“hayya allas sholaah, hayya allal falaah..”

5 comments:

  1. Allahumma amin
    Cerpen yang bagus dan mencerahkan
    TFS

    ReplyDelete
  2. masih seputar 'ini' ya pin ^__^

    ReplyDelete
  3. bagus, terharu, soalnya ana suka sekali dengan pelangi, sakura, senja dan bintang. Ehm...jadi berimajinasi nih!

    ReplyDelete
  4. terharu ka.. total terharu!!!

    ReplyDelete
  5. numpang ngambil yap, mau di post di blog juga..

    ReplyDelete