12 October 2008

Cinta Bersemi di Pelaminan

Oleh Anis Matta

Lupakan! Lupakan semua cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang ini yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nashr bin Hajjaj di masa Umar bin Khatttab.

Ia pemuda paling ganteng yang ada di Madinah. Shalih dan kalem. Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari. Umar pun mencari Nashr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra.

Di sana ia bermukim pada keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, Nashr justru cinta pada istri tuan rumah. Wanita itu membalas cintanya. Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nashr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh sang istr. Karena buta huruf, suami yangsudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu. Hasilnya: AKu cinta padamu! Nashr tentu saja malu karena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri. Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nashr. Betapa gembiranya Nashr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nashr meninggal setelah itu.

Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh di lahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit.

Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nashr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.

Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.


Disalin oleh ipin4u dari buku Serial Cinta, Anis Matta, Tarbawi Press, hal 144-146

24 comments:

  1. "apapun Situasinya..........."
    Thats the point :D

    ReplyDelete
  2. jadi kapan dirimu menuju singgasana itu??

    ReplyDelete
  3. maksudnya.... jika ada pemuda ganteng.. jgn d lepas peluang? lamar terus? hahahaha

    ReplyDelete
  4. hmmm.......apakah cintaku tumbuh di lahan yg salah juga shg membuatku sedih ?

    ReplyDelete
  5. "...kita menderita karena posisi jiwa kita yang salah..." (masih dari serial cinta-nya anis matta)
    fiuhh... smg Allah menjaga kita semua ya pin...aamiin...
    jzk udah berbagi. padahal aku udah pny bukunya, tp blm baca sampe tulisan yg inih..heheh.

    ReplyDelete
  6. setuju banget sama anis matta

    ReplyDelete
  7. setuju banget sama anis matta

    ReplyDelete
  8. hmm... memang harus diakhiri..

    ReplyDelete
  9. ngintippp artikelnya ipiinn..heheee....

    ReplyDelete
  10. ayo kita ramaikan dunia dengan menikah....

    *kaburrrrr...

    ReplyDelete
  11. kabur ke pelaminan yak... :d
    Siip....

    ReplyDelete
  12. kabur, cari temen yg mo dianter ke pelaminan.... :p

    ReplyDelete
  13. ok, besok aku ada undangan ke pelaminan. aku tunggu njemputanya.... :p

    ReplyDelete
  14. kira2 nti aq dplaminan sama siapa y..??? *celingak-celinguk*

    ReplyDelete
  15. memang harus diakhiri dengan pernikahan..

    ReplyDelete