21 January 2009

[cerbung] Soul Match - Bagian II: Rumah

Home sweet home”, Annisa menggeliat, merenggangkan tangannya saling berjauhan. Dilipatnya mukenah biru muda yang baru selesai ia gunakan. Ia baru saja selesai ngaji seusai pulang shalat jamaah dari Mushola dekat rumah. Dibukanya jendela kamar, udara pagi Jakarta yang masih berbau kabut, berebut menyerbu masuk, segar.

 

“Sekarang nyapu halaman dulu ah”, nanti pas mama selesai masak, bisa langsung sarapan deh. Pagi yang cerah, untuk jiwa yang riang. Minggu pertama Annisa Ramadhani di kota metropolitan DKI Jakarta, setelah empat tahun ditinggalinya, jauh berbeda benua.

 

 

* * *

 

 

Mushola hanya diramaikan oleh orang-orang yang sudah senior, alias tua, para pemuda-pemudinya entah meramaikan apa. Itu analisa pertama yang Nisa dapatkan. Harus segera dapat cara untuk dapat menyemarakannya. Pengajian ibu-ibu, sasaran pertamanya.

 

Ketua pengajian ibu-ibu, ibu Latifah, sangat otoriter, kolot, pantas saja pengajian disini tidak maju-maju, pribadinya tidak sepertinya namanya, ngga latif alias halus. Sepertinya beliau juga tidak begitu suka dengan “anak ingusan” kemarin sore dengan ide-idenya. Nisa kesal, karena dia hanya ingusan jika sedang flu saja!

 

“Huff..”, begitu hela nafasnya panjang. Keluar dari rumah berpagar coklat, di hari Sabtu sore hari yang cerah, namun tidak secerah hatinya!

 

“Ah, itu ada remaja-remaja puteri sedang ngobrol-ngobrol”, pandangannya tertuju pada gerombolan beberapa orang remaja puteri yang sedang asyik ngobrol di sebuah rumah dengan tempat duduk marmer di depannya.

 

Matahari sore ditambah semilir angin, membuat suasana nyaman untuk bercengkrama.

 

“Assalamualaikum”

 

“Wa’alaikumsalam”, jawab mereka, mungkin mereka pendatang baru di komplek ini, sehingga Nisa tidak begitu mengenali mereka.

 

“Hai, saya Nisa, tinggal di rumah ujung itu”, ia mulai menyalami satu persatu orangnya.

 

Lima orang yang ada disitu memperkenalkan namanya, tentunya sambil diselingi canda.

 

“Oh ya, kakak baru aja balik lagi ke rumah di sini, jadi banyak yang ngga tahu nih. Kalian tahu ngga, tempat yang jualan es campur yang enak di deket-deket sini..?”

 

“Wah, tempatnya Kang Cecep aja, di ujung portal, es telernya enak kak”, ujar salah satu gadis yang pipinya agak tembam, chubby, imut.

 

“Hummm, sepertinya boleh dicoba tuh”, Nisa tersenyum, “ada yang mau kakak traktir ngga..?”, ia menyeringai.

 

“Wah mau banget kak”

 

“Kalau itu sih ngga usah ditanya kalih”, salah satunya menimpali, langsung bangkit dari duduknya.

 

Ya modal dulu lah sedikit, kalau kata Abas As-sisi ‘sentuh hatinya’, kalau kata Nisa, ‘sentuh perutnya’ dulu. Nisa tersenyum dalam hati. Setelah ini, baru deh, diajakin ke arah pembentukan pengajian remaja, awal perkenalan.

 

 

* * *

 

 

Pengajian remaja puteri mulai bergulir. Khas remaja, masih ramai dan seru alias rusuh. Namun itulah perubahan, sedikit demi sedikit, perlahan dan bertahap.

 

Hari Jumat malam, selepas shalat Isya, jadwal pengajiannya.

 

“Yuk, kita mulai ngajinya”, suara Nisa meredakan keriuhan di rumah salah satu dari delapan orang peserta pengajian remaja puteri.

 

“Kak kak kak, katanya kalau lagi M ngga boleh ngaji kan ya?”, Ita, siswi kelas 2 SMU bertanya, pandangannya melirik kepada Sari, yang ada disebelah kirinya.

 

“Hummm, kalau kata ustadz Ahmad Sarwat, ada dua pendapat ulama mengenai hal ini, yang pertama adalah yang mengharamkannya alias ngga boleh ngaji ketika haid dan nifas, pendapat ini dipegang oleh Imam Syafi’i, dan para sahabat seperti Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib, dan lain-lainnya. Sedang ada lagi, ulama yang memperbolehkannya, seperti yang dilakukan oleh mahzab Dzhahiri, yang didukung oleh Ibnu Abbas, Ibnu Musayyab, dan lain-lain.

 

Ok deh, kita pakai pendapat yang tidak memperbolehkan membaca Al-Quran ketika sedang haid dan nifas. Tapi sebagai wanita, hal ini bisa kita siasati, dengan melakukan amalan ibadah lain yang diperbolehkan, seperti bersedekah, berzikir, dan lain-lainnya. Di sini, siapa yang sedang datang bulan..?”, pandangan Nisa berkeliling lesehan remaja putri yang duduk melingkaran.

 

Sari sedikit mengangkat tangannya, malu.

 

“Ok, kalau gitu, kamu dengerin aja dulu ya. Tenang aja, salah satu adab ketika Al-Quran dibacakan adalah mendengarkannya dengan tenang, dan mendengarkan Al-Quran itu sendiri juga dapat kebaikan yang besar juga kok. Sebagaimana keterangan dari Al-Quran,

 

Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.1)

 

“Audzubillahhiminasyaitannirrajim”, riuh rendah suara bacaan.

 

Mulailah rumah itu diterangi cahaya, cahaya kalamullah.

 

Selesai pengajian dengan berbagai agendanya. Sebagaimana kebiasaan jika lebih dari satu orang wanita berkumpul. Jadilah ajang cerita.

 

“Eh iya kak, bu Latifah kemarin sore jatuh dari motor”, Asrie, mengabarkan sebuah berita.

 

Innnalilahi, gimana kabarnya? Parah ngga sakitnya?”, komentar Nisa.

 

“Lho, ngga perlu inalilahi kok kak, orangnya masih belum meninggal kok”, sahut Dina tertawa.

 

“Inalilahi itu ucapan buat kalau tertimpa musibah, meskipun musibah yang paling kecil sekalipun, seperti putusnya sandal kita”, Nisa menjelaskan.(2)

 

“Owwww”, mereka membentuk huruf O besar pada mulutnya.

 

“Sepertinya sih ngga terlalu parah, karena sekarang ada di rumah kok”, Asrie menjawab.

 

“Ok kalau begitu, mumpung masih belum terlalu malam, kita langsung jenguk beliau yuk”, ajaknya.

 

“Males ah kak. Orangnya jutek banget. Kami aja tau kok waktu dulu dia pernah nyiram rok kakak dengan air bekas cucian”, sergah Dini, saudara kembar Dina, ketus.

 

“Katanya kelompok pengajian Jamilatun Nisa ini adalah kelompok pengajian yang keren. Masa namanya aja sih yang berarti “wanita cantik”, tapi hati para anggotanya ngga pada cantik..? Kan cantik itu berarti ngikutin Rasulullah, dan Rasulullah SAW mengajarkan ada enam hak seorang muslim terhadap muslim lainnya, salah satunya adalah menjenguk ketika sakit”, Nisa tertawa sendiri, menahan geli, dengan sikap anak-anak didiknya yang super narsis. ‘Menantang’ mereka dengan mempergunakan konsep psikologi terbaik.

 

Sebagian dari mereka garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Saling menatap tidak jelas.

 

“Ya sudah deh, yuk, kita kesana. Bawa oleh-oleh ngga kak?”, Shafy, sang ketua kelompok memecah kekeluan.

 

“Ambil aja dari kas, dua puluh ribu, nanti sekalian lewat, kita beli aja buah pir di deket minimarket di ruko”, Nisa tersenyum penuh kemenangan.

 

Malam ini cerah tanpa awan, langit biru, terang dipenuhi bintang. Jalanan kompeks perumahan menuju rumah Hj Latifah dipenuhi beberapa orang gadis. Riang. Salah satu diantara mereka adalah Annisa Ramadhani, yang bergumam dalam batin, berharap, agar dari kami inilah, kebangkitan Islam akan bisa ditegakkan. Amin.

 

“Ah, jadi inget bahwa besok minggu, ada undangan dari Mas Fatih buat menghadiri acara workshop penulis muda komunitas myQuran”, teringat isi sebuah email dari teman korespondennya. Janji hadir di acara itu tersembul dari pikirannya.

 

 

 

(bersambung lagi?, Insya Allah)

 

---000---

 

Samarinda, 19 Januari 2009

Syamsul Arifin

 

 

(1) QS. Al-A'raaf: 204

(2) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157)

(3) Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia memanggilmu penuhilah; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya = semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)". (HR. Muslim)

9 comments:

  1. penasaran...., nanti intip ah di warna islam udah ada belum? hehehe

    ReplyDelete
  2. penasaran jg, btw sampe bab berapa ya? :)

    boleh nunggu kalau dah dibukukan ga? ^^
    keep wrtting.

    ReplyDelete
  3. ipin..




    aq lupa mau komentar apa kemaren..
    hm.. oya, sepertinya, dari yang aq baca, dirimu terlalu mengejar amanatnya daripada alur ceritanya..

    heheh.. sotoy yah aq?

    ReplyDelete
  4. @sespi & yuher
    siip, semoga bisa buat sambungan yang lebih bagus :D

    @dhanuh
    SFSG itu apaan ya..?

    @idayanganeh
    :)
    *senyum dibalas senyum* ^_^

    @binarlangitbiru
    hehehe, udah ada disana :D

    @nailahsegaf
    hehehe, semoga aja bisa jadi bagus ceritanya :D

    @nisa
    hehehe, iya, memang agak2 kurang :)
    *apa karena ini masih "pemanasan" isi cerita sesungguhnya ya :D

    ReplyDelete
  5. Hmmmm...
    awas ya kalo endingnya ......
    hmmmm...

    *sembunyi ah*

    ReplyDelete