"Jadi, kenapa mas memilih adek?" tatapannya menanti jawaban. Senyumannya manis.
"Apakah butuh alasan buat menikah?" jawabku serasa menghindar.
"Hah, ya iyalah, untuk hal yang seserius menikah," matanya tak lepas dari wajahku.
"Boleh mikir dulu ngga buat nyusun kalimat jawabannya," senyumku mengembang, sedikit dipaksakan. Kedua bahunya diangkat.
Pembicaraan pun beralih.
Suasana rumah makan ditengah mall itu ramai pelanggan, tak henti-henti para pelayan berlalu-lalang mengantarkan pesanan. Gudeg bu Sum, begitu namanya, sedikit lebih mahal sih daripada warung gudeg lesehan di pinggir jalan, tapi rasanya memang tidak bisa bohong, enak sekali.
Gudeg hampir habis dimakan, es teh manis tersisa setengah gelas lagi.
"Aku masih menunggu jawaban buat pertanyaanku yang tadi lho mas," ujar si wanita sembari menyeruput es jeruknya.
"Hummm..," aku yang duduk di depannya menghela nafas. "Aku sudah siap menikah, umurku sudah pas, pekerjaan sudah ada, kesiapan mental, hmmmm.., cukup lumayan lah," aku tertawa kecil.
Kuteguk minuman es teh manis seharga empat ribu rupiah. Keterlaluan, untuk segelas es teh manis dengan cita rasa khas teh poci, dihargai sebegitu mahal.
"Godaan sekarang begitu banyak, dan kamu 'datang' pas disaat yang tepat," tambahku.
"Tapi bukan karena surat yang waktu itu adek kasih kan?" tanyanya ragu.
"Ah, emang apa yang salah dengan hal itu," isi surat dengan tulisan tangan itu kembali terbayang. "Intinya sekarang, saya mau menikah sama kamu, kamu mau juga ngga menikah? Saat pembicaraan terakhir kita, kamu ngga jawab juga lho pertanyaan saya yang ini"
"Iyalah ngga mau jawab, masa buat hal yang penting ginih dibicarainnya lewat telpon doang."
Makan siang kami sudah selesai.
"Klo mas serius, insya Allah, saya terima," wajahnya tertunduk, mungkin malu. "Sudah bicara sama papaku kan?"
"Iya, sudah kemarin waktu ketemu."
"Gimana tanggapannya?"
"Sedikit terkejut, kaget."
Sudah hampir satu jam kami duduk disitu.
"Ngga nyangka bisa dapat menantu yang sekeren saya kalih," kunanti respon ekspresinya.
"Huwaaa, dasar," sahutnya semberi meledek. Ekpresi wajah yang aku suka.
"Ya.., semoga urusan kita dilancarkan dan dimudahkan ya," kuucapkan sebuah pengharapan.
"Amiiin," timpalnya tulus.
Sekelompok keluarga yang lebih belakangan duduk di dekat kami, sudah hendak beranjak pergi. Sepertinya, kamipun akan segera pergi kok.
---000---
Kota Tepian, 12 Juli 2009
Syamsul Arifin
mhmmm.....
ReplyDeleteselamat!!!
akhirnya...
beneran kan ini?
bukan fiksi kan nih??
ReplyDeleteselamat ya... :)
mas dan adek... aduh aduh... :p
ReplyDelete:)
ReplyDeleteSmg dimudahkan :)
ReplyDeleteIni beneran ato cerpen y?
ReplyDeleteMoga dmudahkan j y
akhirnya....
ReplyDeletealhamdulillah...
ReplyDelete^_^
suweettttt hehe :D
ReplyDeleteehm..ehm.....
ReplyDeleteWah Kk get married yaa??
ReplyDeleteSmoga smuanya dipermudahkan & berjalan lancar. Amin...
cie.... cie... ^_^
ReplyDelete^__^
ReplyDeleteWaduh2x, kok :D
ReplyDeleteKan postingan ini berjudul "alasan", jadi ada beberapa alasan buat menikah ^_^
*dan contoh2 alasan tersebut, ditulis dalam bentuk dialog di cerpen ini.
Alasan pertama:
"Hummm..," aku yang duduk di depannya menghela nafas. "Aku sudah siap menikah, umurku sudah pas, pekerjaan sudah ada, kesiapan mental, hmmmm.., cukup lumayan lah," aku tertawa kecil.
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (Muttafaq Alaihi)
Apa sih definisi "mampu" untuk menikah itu..?
Pertama, kemampuan fisik, kematangan biologis. Baligh, bisa berhubungan suami-istri.., dst
Kedua, mampu menafkahi keluarga (bisa mencukupi kebutuhan pangan, sandang dan papan istri/dan anak)
Ketiga, keempat, kelima..? *silakan buka2 sendiri buku2 Fiqh di bab pernikahan yaw ^_^
Alasan kedua:
"Godaan sekarang begitu banyak, dan kamu 'datang' pas disaat yang tepat," tambahku.
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya: “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya“. (HR An Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Majah; al Albani berkata: “hasan”)
Menjaga diri dari godaan syaitan (dan atau manusia)...
Anyway, terimakasih buat doa2nya ^_^
di-amin-in ajah dech semua doa2nya :D
*dan semoga demikian pula buat kalian semua :)
subhanallah...
ReplyDeletebercerita dengan penuh pesan...
^_^v
haduuh... haduuh...
ReplyDeleteberasa mengulang masa lalu ;D
Lalu apa yang antum nantikan pin?!
ReplyDeleteHa ha...
provokator nih... (^_~)v
hmm lagi....
ReplyDeletejawabannya ga personal, hampir sama dgn ini: "kenapa mau menikah dgn saya?" lalu dijawab, "karena kamu mau ma saya"
ReplyDeleteKesannya yang penting laku, kekeke
akhirnya ipin....
ReplyDeletehihihi
kapan pin?
kapan pin?
jangan lupa undangannya ya
^^v
Jangan lupa undang2 ya ....
ReplyDelete