05 July 2009

Jika Dunia adalah Penjara

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ ، وَجَنَّةُ الكَافِرِ

“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

Jika dunia adalah penjara, maka kematian adalah kunci pembebasannya

Hal ini bukan berarti agar kita mengharap-harap kematian, atau malahan mendahului takdir Allah dalam hal kematian. Bukan!

Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian dan jangan pula memohonnya sebelum kematian itu datang menjemputnya. Sesungguhnya apabila seorang di antara kamu meninggal dunia maka terputuslah amal perbuatannya dan sesungguhnya usia seorang mukmin itu akan menambah kebajikan (bagi dirinya). (HR Muslim)

Lagi pula jika perbuatan/tingkahlaku kita selama di dunia merupakan amalan-amalan yang rusak/kotor/buruk, dengan terlepas dari dunia, kita tentu akan bertemu dengan ganjarannya (berupa siksaan/azab). Naudzubillah.

Dunia adalah penjara, membatasi kita

Jeruji penjara membatasi gerak-langkah penghuninya. Mungkin seperti itu pula yang dimaksud dengan “dunia adalah penjara” bagi kaum muslimin. Ada batasan-batasan yang jelas dan tegas yang harus bisa kita patuhi.

Kita harus mampu menahan diri dari beberapa hal yang terlihat “indah” semacam perzinahan, minuman keras, harta yang tidak halal (korupsi, suap, riba) dan lain sebagainya.

Surga adalah tempat kembali kita (Insya Allah)

Selama berada dalam “penjara”, bersabarlah, ikutilah peraturannya, jalankan perintahNya, jauhi laranganNya. Janganlah merasa lelah berada dalam kebaikan, karena “penjara” ini hanya sementara, sebentar saja.

Akhirat adalah tempat kembali kita, dan hanya ada dua pilihan tempat di sana, surga atau neraka. Tingkah-laku kita selama berada di dalam “penjara” inilah yang menentukannya. Jika khilaf atau salah, bertaubatlah, sebab tidak ada manusia yang hidup tanpa kesalahan. Jauhi diri dari mengerjakan dosa-dosa besar (syirik, zina, durhaka kepada orangtua, membunuh, dll).

Jalani hari-hari di dalamnya dengan perbuatan standar minimal seorang muslim, yaitu mengesakan Allah (memurnikan tauhid, tidak berbuat syirik), menjalankan shalat 5 waktu sehari, puasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan pergi haji (jika mampu).

Semoga setelah kita “terbebas” dari “penjara” ini, kita akan menerima penyambutan yang meriah,

(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum" (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra'd: 23-24)

 

---000---

Samarinda, 5 Juli 2009
Syamsul Arifin

2 comments: