*tulisan ini dibuat atas dasar perenungan pribadi, jadi sangatlah besar kemungkinan salahnya, karena tidak dibuat berdasarkan riset2 atau merefer tulisan ahli, cuma buat iseng2 ajah*
Berbagi pengharapan adalah masing-masing pasangan mengutarakan hal-hal yang mungkin bisa membuat mereka bahagia/menyenangkan yang diharapkan muncul dari pasangan mereka masing-masing.
Salah satu tujuan pernikahan adalah memberikan rasa bahagia dalam diri kita. Sehingga, menurut saya pribadi, berbagi pengharapan antara pasangan merupakan suatu hal yang baik. Hal ini adalah salah satu cara komunikasi yang penting untuk dilakukan, agar masing-masing pasangan mengetahui apa-apa saja yang diharapkan muncul dalam dirinya oleh pasangannya, mengerti hal-hal yang menyenangkan dalam perspektif/kacamata pasangannya, toh masing-masing orang memiliki pola pikir/point of view dan preferensi sikap yang berbeda-beda. Jangankan untuk masing-masing individu yang unik, kita dengan saudara sekandung yang secara umum dibesarkan bareng dan tumbuh dalam lingkungan yang relatif homogen/seragam saja, terkadang memiliki kesenangan yang berbeda, apalagi ini dengan orang lain yang berlatar belakang pengasuhan beda!
Salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan adalah masing-masing membuat list/daftar tentang hal-hal yang mereka harapakan dari pasangannya (atau dalam pernikahannya), lalu kemudian hal-hal tersebut didiskusikan/sharing bersama.
Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Bond
Cobalah membuatnya dalam bentuk yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan memiliki jangka waktu/batasan waktu.
Hal-hal yang terlalu umum, kadang akan membuat bias dan tidak mampu menyampaikan pesan. Contoh hal yang umum adalah, misal sang suami memiliki hobi yang sangat ia gemari dan terkadang menghabiskan waktu, yang sang istri sampaikan hanya berupa: “saya ingin kamu perhatian kepada saya”; tentu hal ini akan membingungkan suami, karena dianggap selama ini tidak perhatian. Bukankah setiap bulan, ada uang gaji yang masuk ke kantong istri, Bukankah tiap hari (setiap habis pulang kerja) pun ia masih pulang ke rumah, apakah itu bukan dianggap sebagai bentuk perhatian?
Bandingkan kalau ia membuatnya menjadi lebih spesifik, semisal “saya ingin kamu nemenin aku belanja kalau akhir pekan”, atau “aku pengen kamu duduk nemenin aku nonton film korea sekali-kali.”
Achievable, dapat dicapai. Jangan terlalu mengada-ngada, mengharapkan suatu hal yang berlebihan dari pasangan, atau suatu hal yang memberatkan yang akan menyulitkan. Buatlah realistis, disesuaikan dengan kondisi/keadaan.
No Blame
Jangan menyalahkan. Mungkin saja, sharing expectation ini bisa menjadi ajang untuk saling menyalahkan. Hindari hal ini.
“Kamu tidak pernah mau ngurusin anak, kamu senang-senang saja dengan hobimu sendiri, ngga peduli keadaan rumah!”
Terlalu banyak menuntut..?
Dalam kacamata yang berbeda, sharing expectation bisa terlihat seperti “tuntutan-tuntutan” masing-masing pasangan. Kata kunci untuk menghindari hal ini adalah bahwa pasangan kita dengan berbagai macam ‘keunikannya’ adalah salah satu karunia yang telah Allah berikan. Terima kekurangannya sebagaimana kita menyenangi kelebihannya, toh tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanyalah individu yang “on going process”, terus belajar.
Seperti yang di awal sudah saya tuliskan, jangan terlalu mengada-ada (not realistic), jangan terlalu membebani pasangan dengan harapan-harapan yang kelewat besar dan berat. Mungkin ada baiknya ketika kita memberikan ruang yang cukup bagi masing-masing pasangan dengan kesenangannya, yang bisa jadi “sedikit mengganggu kita”, dan (terkadang) biarlah ia menjadi seorang pribadi yang istimewa dengan ke-khas-annya, tanpa terlalu mengatur-atur corak warna hidupnya.
Fleksibilitas
Keras kepala, terlalu kaku dalam memandang suatu hal bisa jadi suatu hal yang menyulitkan. Be fleksible. Kita mungkin tidak bisa mendapatkan hasil 100% sesuai yang diharapkan, tapi tentu kita tidak perlu sampai tidak menerima pencapaian yang 50% atau kurang dari itu toh.
Kontinuitas
Sharing expectation berlangsung terus menerus, tidak hanya sekali saja, tapi dengan semakin berkembangnya kondisi, pribadi, dan situasi, tentu akan ada perubahan-perubahan pengharapan. Jadi, santai saja, mintalah pengharapan-pengharapan yang kecil-kecil dan tidak terlalu besar/fundamental, toh anda tidak berencana untuk hidup bersamanya dalam jangka waktu yang singkat toh. Seperti REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahunan) disamping rencana pembangunan jangka panjang sewaktu jaman pa Soeharto. Tentukan saja langkah-langkah kecilnya, karena setiap perjalanan panjang toh dimulai dari langkah pertama/kecil-kecil. Sedikit demi sedikit dan bertahap, sepertinya lebih bagus.
Apresiasi
Penghargaan. Hadiah, atau mungkin hanya sekedar pujian kecil untuk setiap hal-hal yang telah ia usahakan bisa membahagiakan anda, sepertinya akan bisa melanggengkan perilaku (yang anda harapkan).
Cinta adalah…
Berusaha membahagiakan pasangan. Jika masing-masing pihak tidak berada pada posisi menuntut, namun berada pada posisi saling memberi, saling berusaha menyenangkan/membahagiakan pasangan, dan ini semua berjalan resiprokal (saling bertimbal-balik), tentu akan terbentuk rumah tangga yang indah.
Pemahaman terhadap pasangan tidak melulu harus berhasil dalam satu malam, tentu ada banyak hal dalam dirinya yang dahulunya belum diketahui, dan baru terlihat belakangan. Kata pengertian terdengar mudah, namun dalam praktiknya, belum tentu segampang teorinya. Kesediaan, kemauan menjadi salah satu penunjang keberhasilannya.
Agama
Back to basic, kembali ke pondasi. Jika agama menjadi landasan dalam hubungan berumah tangga, hal seperti ini sepertinya tidak akan menjadi suatu hal yang terlalu bermasalah.
Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya… (HR. Abu 'Asaakir)
Sedang wanita muslimah yang sholihah, (seharusnya) tentu mengerti hak-kewajibannya sebagai seorang istri, pendamping suami.
Sepertinya sih begitu…
---000---
Balikpapan, 28 September 2009
Syamsul Arifin
Gambar diambil dari: sini
insyaAllah nanti kalo uda menggenapkan separuh dien...ameen.
ReplyDeleteehm..ehm...ehm.....
ReplyDeleteJazakallahu for sharing kak...oh,begitu ya ^_^
ReplyDeletejadi expectation ke pasangan mesti di komunikasikan ya?
ReplyDeletegood observation :) tfs
ReplyDeleteudh di list.koq jatoh nya jd panjang bgt yh.he2 ;)
ReplyDelete*gud idea anw*