14 June 2009

[cerpen] Bunuh Diri

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisaa': 29)


* * *


“NGGA MUNGKIN… teganya kamu memutusin aku..,” mata Dini berkaca-kaca. Di hadapannya ada sesosok pria.

“Maaf Din, tapi kayaknya kita udah ngga cocok lagi,” pria di hadapannya bersuara.

Dini menangis terisak-isak, hubungan mereka sudah berjalan hampir tiga tahun, sejak dari SMU kelas dua.

“Maafin saya ya, tapi sepertinya akan lebih baik seperti ini,” sela si pria, mencoba meraih tangan perempuan di depannya. Dini menapiknya. Masih larut dalam tangis dan keterkejutannya.

* * *

“Setelah semua yang aku korbanin buat dia.., ternyata ngga berarti apa-apa.”

Dini merenung dalam kamarnya yang khas perempuan, berwarna dominan merah muda, dengan dekorasi boneka-boneka di pojokan, foto-foto dia dan teman-teman perempuannya menempel di dinding kamar, tak ketinggalan sepotong foto berpigura milik Andre, pria yang saat ini kuliah di pulau yang berbeda dengan dirinya, tergeletak begitu saja di meja kecil samping tempat tidur, mantan pacarnya.

Dia memeluk bantal guling besar, tubuhnya masih berguncang-guncang, menangis.

Katanya perempuan itu sangat emosional, dominan dikuasain perasaan. Apalagi zaman sekarang, kebanyakan yang pendek pikirannya.

Dini menoleh pada sebotol racun serangga yang biasa dipergunakannya untuk menyemprot kamarnya agar terbebas dari nyamuk. Botol berwarna hijau yang terletak di kolong tempat tidur.

“Udah ngga ada yang berarti lagi, cintaku sudah berakhir, mungkin demikian juga seharusnya kehidupanku, biar dia tahu kalo aku sangat cinta sama dia,” hatinya berbisik.

Dia mengambil buku diary-nya, menuliskan surat wasiat, kata-kata perpisahan dengan dunia dan orang yang dia cinta. Dengan tangan bergetar, susunan kalimat mengalir lambat, mencapai akhir titik tulisan.

Terduduk di lantai, Dini menggenggam botol obat nyamuk. Matanya sembab, masih mengalirkan air mata. Bajunya basah, karena air mata.

Tok-tok-tok, tiba-tiba kamar diketuk.

“Dini, ini ada temanmu datang, mama suruh masuk kamarmu aja ya?” suara ibunya di balik pintu membuatnya terkejut.

“Bilang aja Dini lagi ngga ada,” suaranya mencoba dibuat-buat agar tidak ketahuan sedang menangis.

“Ehhhh, ini mba Sari, udah di depan pintu kamarmu nih, udah buka pintunya ya,” sahut sang ibu sambil beranjak dari pintu kamar anak bungsunya, “tunggu dulu ya mba Sari, biar nanti ngobrol aja langsung, ibu mau ngelanjutin masak lagi”

“Iya bu, makasih ya,” Sari tersenyum santun.

Mba Sari adalah mentornya di pengajian kampus yang baru saja dia ikuti. Mahasiswi berjilbab lebar yang sedang duduk di tingkat dua perkuliahan.

Dengan sangat terpaksa, ia menyeka air matanya, meletakkan kembali botol hijau itu ke kolong tempat tidur. Berjalan gontai.

Senyum cerah Sari menyambutnya ketika ia membuka pintu, dibalasinya dengan senyum yang setengah memaksa. Ekspresi wajah Sari berubah, dia mengetahui kalau anak didiknya sedang ada masalah. Masuk ke kamar.

Meski baru tingkat dua, Sari merupakan perempuan yang sangat dewasa, ia tahu ada sesuatu yang mengganjal di dalam dada Dini, salah satu di antara kedelapan peserta pengajian Islam non-formal yang ia bina.

“Dini kenapa..?” tanyanya sambil duduk di pinggir tempat tidur, “mau cerita sama mba..?” Dijaganya agar ekspresinya tetap tenang.

BRUK, Sari langsung dipeluk, melanjutkan tangisan. Mengalirlah cerita yang membuat dirinya berduka.

Ditungguinya gadis yang baru selesai masa ABG itu bercerita, cukup lama memang, sampai dirinya puas dan lega.

Setelah suasana mencair, Dini bercerita juga kalau dia berencana bunuh diri karena hal itu, sebuah hal yang sepele dan bodoh, yang akhirnya ia sadari sendiri.

Sari tertawa kecil dan mengingatkannya, “bunuh diri itu dilarang dalam agama kita, ancamannya besar lho dek. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah bercerita dengan para sahabatnya, katanya:
 
"Sebelum kamu, pernah ada seorang laki-laki luka, kemudian marah sambil mengambil sebilah pisau dan di potongnya tangannya, darahnya terus mengalir sehingga dia mati. Maka berkatalah Allah: hambaku ini mau mendahulukan dirinya dari (takdir) Ku. Oleh karena itu Kuharamkan sorga atasnya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kalau orang tersebut terhalang masuk surga lantaran luka yang tidak seberapa sakitnya kemudian bunuh diri, maka bagaimana lagi orang yang bunuh diri lantaran mendapat kerugian sedikit atau banyak, atau lantaran tidak lulus ujian atau lantaran putus cinta? Bahkan Rasulullah SAW juga menceritakan ancaman menakutkan yang disediakan bagi orang-orang bunuh diri, kata beliau,

"Barangsiapa menjatuhkan diri dari atas gunung kemudian bunuh diri, maka dia berada di neraka, dia akan menjatuhkan diri ke dalam neraka untuk selama-lamanya. Dan barangsiapa minum racun kemudian bunuh diri, maka racunnya itu berada di tangannya kemudian minum di neraka jahanam untuk selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan alat tajam, maka alat tajamnya itu di tangannya akan menusuk dia di neraka jahanam untuk selama-lamanya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)”

Tubuh Dini bergidik ngeri, “hiiii, Alhamdulillah ya mba, ngga sampe kejadian ke aku,” ujarnya menyesal.

“Iya, Alhamdulillah banget,” Sari tersenyum, “ingatlah dik, bahwa Allah itu amat sayang kepada hamba-hambaNya”



---000---

Samarinda, 14 Juni 2009
Syamsul Arifin

11 comments:

  1. inspiring...
    bagus ceritanya...

    ReplyDelete
  2. ceritanya bagus,,

    cara menyampaikan ayat dan hadist terasa ringan,, ga ada celah menggurui :)

    lanJutKan !!

    ReplyDelete
  3. xixixixi..
    jadi inget di mesir yg emosional tuh malah cowok... :D
    gara2 ortunya gk setujuh ma pacarnya terus ngejodohin sama yg lain....

    alhasil....
    si cowok ituh "membunuh" sendiri identitasnya sebagai cowok :D

    ReplyDelete
  4. @treeed & ademataho
    makasih atas apresiasiny :)

    @asty
    wah, transgender gituh.. hiiii

    @debukecil
    lagi kampanye ya..? :D hehehe

    ReplyDelete
  5. oiii... debukecil tak kampaye ya!!! wkwkwk... murni euy!! kan cuma bilang LANJUTKAN!!! masa dibilang kampanye... (ngeles bae)

    ReplyDelete
  6. bolehkah diriku bertanya? jikalau tak pelit ilmu pasti mau memberi tahu...

    ReplyDelete
  7. @debukecil
    mau tanya tentang apa..? :)

    ReplyDelete
  8. tanya lewat mail ya... biar antum jawabnya mudah...

    ReplyDelete
  9. kurang dramatis mas, tp sederhana
    suka cerpen ini:)

    ReplyDelete
  10. Walau cerpen yang singkat. Tapi cukup enak juga dibaca. Wah saya jadi iri sama mas belum bisa nulis seperti ini.

    ReplyDelete