"Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu” (QS. Al-Hujuraat: 7)
“Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia” (QS. Al-Qiyaamah: 20)
---
Tuk menghilangkan gundah dan kekecewaanku karena ditolak oleh seseorang yang sangat ku harapkan kesediaannya menemani diriku menapaki hidup bersama, ku habiskan banyak waktu dan pikiran dengan pekerjaan dan aktivitas lain yang kuharap bisa menyita waktu, menghabiskan energi, dan mengalihkan perhatian.
Pikiran yang kosong memang dapat dengan mudah dijejali oleh syaitan, batinku dalam hati.
Berbagai acara kajian dan seminar makin sering ku ikuti.
Hari ini, aku akan mengikuti acara Mabit atau bermalam di
Jamaah shalat Isya tidak telalu ramai, tapi setelah shalat Isya selesai, para jamaah makin banyak berdatangan. Beberapa kali
Acara dibuka dengan tasmi atau bacaan ayat suci Al-Quran tanpa melihat mushaf (Quran) oleh seorang hafidz (penghafal Quran) muda,
Terbayang dalam benakku suaranya Nabi Daud as dan kekaguman Nabi Muhammad terhadap bacaannya Salim, Maula Abu Hudzaifah ra. Terlintas dalam pikirku
Kajian pertama bada Isya kali ini berbicara mengenai Tarbiyah Dzatiyah, atau pembinaan pribadi seorang muslim, bagaimana seorang muslim mampu menjaga dan membina dirinya selalu dalam keadaan baik. Kajian yang dibawakan oleh ustadz
Shalat malam dilakukan pukul tiga pagi, beberapa jamaah terisak-isak dalam shalat, aku merasa hatiku kering dan keras membatu, hingga tidak dapat meresapi bacaan imam yang panjang dan
Kajian kedua bada Shubuh berbincang mengenai
Menjelang materi
“Assalamualaikum, Syamsul Arifin”, suara yang ku dengar amat familiar di telinga, wah, ternyata Radinal Husein, rekan seperjuanganku di rohis kampus, dua tahun yang lalu, “Wassalamualaikum, Ray”, ku kembangkan senyum terindahku dan menjabat tangannya mesra. Kami duduk sejenak, pertanyaan perihal kabar dan aktivitas masing-masing saling bersilangan.
Mentari perlahan merangkak naik, dan hangatnya hari minggu pagi mulai terasa. Kami berjalan ke luar Masjid, menuju tempat parkir motor. “Akh, doain saya ya.., insya Allah sedang berproses nih”, katanya setengah grogi, “wah wah wah, selamat ya…”, ujarku gembira tak tertahan, “sama siapa akh”, tanyaku kemudian, “hmmm.., sama anak UI juga kok”, sahutnya, “ente kenal kok”, tambahnya, ekspresi gembira di wajahku semakin tak tertahan, “iya, tapi ama siapa?”, tanyaku penasaran, “teman sekelas kita ya?”, tambahku, “iya”, jawabnya pelan, ha ha ha, aku tertawa pelan, “eh gimana menurut ente, bisa berabe nih, ngga boleh ya…?”, tanyanya ragu, “ngga kok, asal prosesnya syar’i mah ngga masalah”, jawabku tersenyum.
“Si Ita ya?”, ku sebut nama seorang akhwat yang dulu menjadi tandemnya di departemen Pelayanan Umat dulu, “bukan”, jawabnya, “si Mutia?”, tebakku lagi, “bukan juga, yah ente sebutin aja semua, nanti juga ketahuan”, guraunya, “iya, habis siapa dong”, ujarku, “si Hani, Hani binti Azkam”, jawabnya mantap, zebbb, alam serasa hening sesaat. Ternyata Radinal Husein telah mendahuluiku, dia telah mengambil seseorang yang namanya tertulis di catatan harianku, terukir di hatiku, dan terbayang di benakku setiap waktu.
Mulailah mengalir cerita mengenai proses yang ia lakukan sampai akhrnya jadi, dia melalui seorang perantara teman yang sudah menikah, Anis Hartanti, seorang akhwat yang juga saat ini sudah memiliki seorang anak usia dua tahun. Huaaah.., ceritanya yang bersemangat dan
Sesampainya di pelataran parkir, cerita lengkap proses akh Radinal dengan Hani tamat sudah, sembari ku
Perjalanan kali ini merupakan perjalanan paling kering dalam hidupku, sejuknya udara Depok pagi hari tidak mampu menyejukkan hatiku yang tercabik-cabik bagai tertikam
Dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW mengatakan kepadaku, ‘janganlah kalian menganggap remeh satu perbuatan baik sedikitpun, meskipun hanya memberikan senyuman (wajah yang ramah) kepada kepada saudaramu. (HR. Muslim)
---
Syamsul Arifin
“Andainya cinta boleh kuberi nama. Maka akan ada namamu di
*cerpen ini terinspirasi dari novel "Ketika Cinta Bertasbih"nya Habiburrahman El Shirazy
*Cerpen ini merupakan lanjutan dari cerpen "Ketika Cinta Harus Menang" dan bersambung ke cerpen "Perahu Cinta di Tengah Badai"
Keterangan:
(1) “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat: 12)
(2) ASAP = As Soon As
cerpen ini merupakan cerpen lanjutan dari: [cerpen] Ketika Cinta Harus Menang
ReplyDeleteEnjoy :)
tags-nya cuma fiksi, berarti ga kejadian beneran dunk
ReplyDelete:D halah... pertanyaan ini masih muncul juga... :toe:
ReplyDeleteSilakan baca postingan saya yang berjudul "Kenapa Menulis Cerpen?"
Terima kasih
:)
kalo soal cinta-cintaan dah manteb koq bang!! Kapan neehhh... :)
ReplyDeleteYee... semangat betul nih tulisnya, Kak Ipin! Tularin dikit dong rajinnya... :)
ReplyDeleteBetul banget nih. Aline kadang juga seperti itu. Menyembunyikan derita lewat senyuman. Walaupun saya gak suka mendengar cerita teman2, saya harus kadang tertawa dengan kelucuan yg disengaja. Apa munafik namanya?...
@abie
ReplyDeleteiyeee, tau deh yang dah nikah :P
doakan semoga ada yang mau sama daku :D
@alinasheart
tularin ya...? hmmm... bisanya nularin flu, mau..? :D hehehe
*just kidding
ya dicoba aja atuh, ntar lama2 juga biasa, saya juga ini maksain doang :)
sedang dalam proses belajar juga
ditunggu ya hasil karyanya :)
ana yunita...
ReplyDeleteakhi subahanallah cerpenya begitu menyentuh semoga kelak bisa menjadi buku yang luar biasa....dan keikhlasan menerima takdir yang ALLAH tentukan..
karena ALLAH tidak akan menukar jodoh untuk kita