02 October 2007

Taubat sebagai Tangga Pertama Menuju Derajat Taqwa

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Allah, zat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, seluruh keluarga, sahabat dan orang-orang yang istiqomah berpegang terus pada sunnahnya.

 

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (Al-Baqarah : 183).

 

Ulama seperti Said Hawwa dan Ibnu Qayyim sepakat bahwa pos pertama untuk menuju ketakwaan adalah taubat.

 

Ibnu Qayyim di buku Madarijus Salihin mengatakan bahwa taubat merupakan awal persinggahan, pertengahan dan akhir dalam perjalanan menuju Allah. Seorang hamba yang sedang mengadakan perjalanan kepada Allah tidak pernah lepas dari taubat, sampai ajal menjemputnya.

 

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Jibril datang kepadaku dan berkata,  'Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan: Amin! Aku pun mengatakan: Amin." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya)"

 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu." (Hadits Muttafaq 'Alaih).

 

Jadi tepatlah jika kita mengatakan bahwa bulan Ramadhan sebagai shahrut taubat atau bulan taubat. Taubat dari segala kesalahan-kesalahan kita di masa lalu dan titik dimana kita memulai lembaran baru yang putih bersih.

 

Ada empat hal yang harus dilakukan bagi seorang jika ingin bertaubat:

  1. Meninggalkan perbuatan dosa tersebut
  2. Menyesalinya
  3. Tidak mengulangi dosanya lagi
  4. Dan berbuat kebaikan untuk menghapus keburukan-keburukan dimasa lampau.

Rasulullah saw beliau bersabda: "Bertakwalah kepada Allah dimana saja kau berada, iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR Tarmidzi)

 

Dan di bulan Ramadhan ini kita bisa belajar banyak mengenai makna keistiqomahan/komiten dalam berpegang teguh pada kebaikan. Jika pada bulan ini apa-apa yang jelas-jelas dihalalkan oleh Allah saja bisa kita hindari, maka sudah barang tentu di luar bulan ini tentu akan lebih mudah bagi kita tuk menghindari hal-hal yang diharamkan olehNya.

 

Semoga di bulan Ramadhan ini kita bisa meraih ampunanNya dengan taubat kita dalam rangka perjalanan kita tuk menuju seorang mukmin yang bertakwa.

 

 

Syamsul Arifin

 

Jakarta, 1 Oktober 2007

20 Ramadhan 1428 H

Pengalaman ceramah Ramadhan pertamaku di musholah Al-Fitrah komplek Reni Jaya Pamulang Barat ^-^ (Glad it was over)

8 comments:

  1. Bagaimana kita bisa yakin jika taubat kita telah diterima?
    Gw udah sadar akan kesalahan itu, telah meninggalkannya, sangat menyesalinya kenapa hal itu bisa terjadi, dan telah sering kali memohon taubat. Tapi kenapa masih ada keraguan kalau taubat itu akan diterima? Gw tau dan yakin Allah maha pengampun dan penyayang makhluknya, tapi kenapa perasaan berdosa itu tidak pernah hilang? Akhirnya gw selalu menjalankan sisa kehidupan gw dengan berbekal penyesalan yang tak pernah bisa hilang... Andai waktu bisa diulang kembali, mungkin semuanya akan berbeda...
    Dilain pihak, gw juga suka mikir kalo smua yang terjadi sama kita pasti ada hikmahnya. Tapi kenapa Allah harus membiarkan makhluknya berbuat dosa? Apa hikmah dari orang yang selalu merasa disiksa dengan penyesalan akan dosa yang pernah diperbuatnya?

    ReplyDelete
  2. Wah2x... pertanyaan yang sulit...

    Hmmm... coba jawab sebisanya aja ya... tapi tetap cari jawaban yang benarnya sama ustadz ya :)


    Kalau menurut saya, jika kita sudah melaksanakan keempat hal tersebut (meninggalkan perbuatan dosa, menyesalinya, tidak mengulanginya, dan berbuat kebaikan), insya Allah, taubat kita akan diterima. Tapi klo dosa yang kita buat berhubungan dengan sesama manusia, maka haknya harus dipenuhi terlebih dahulu. Klo berurusan dengan uang, harus dikembalikan, klo berhubungan dengan hukuman harus dijalankan atau meminta maaf.


    Saya merasa kalau perasaan yang mba Rhea alami ini wajar kok (merasa bersalah akibat dosa yang pernah dilakukan), tetapi, jangan sampai perasaan tersebut malah menjadi destruktif. Jaga agar perasaan tersebut menjadi motivator dalam diri kita untuk terus meningkatkan keimanan dan keislaman diri.


    Salah satu hikmat dari perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia adalah agar dapat menunjukkan salah satu sifat Allah yang maha sempurna, yaitu maha pemaaf, klo ngga ada yang berbuat dosa, berarti ngga ada yang mau minta maaf/bertobat sama Allah donk :)

    Demikian juga dengan siksaan yang Allah berikan, untuk menunjukkan salah satu sifat kekuatan Allah, yaitu maha keras dalam menyiksa.


    Satu hal yang pasti, sesungguhnya Allah amat sayang kepada orang2 yang "kembali" kepadanya :)

    Semoga kita bisa menjadi bagian dari orang2 yang disayang dan dicintai olehNya :)

    "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222)


    *halah... sotoy banget ya saya :D

    ReplyDelete
  3. Amiiin... Thx 4 untuk jawabannya...

    ReplyDelete
  4. Oiya, satu pertanyaan lagi... Bagaimana kalau orang itu sudah meninggal? Apa dia akan tau kalau kita sangat menyesal?

    ReplyDelete
  5. Subhanallah...banyak cara menuju Taubat...Alllah Maha Pengampun....makasih ya nice posting

    ReplyDelete
  6. *Lho, kok jadi tanya jawab begini ya :D

    Coba saya jawab secara sotoy aja ya... jawabannya belum tentu benar lho :)

    Hmmmm... sebagaimana saya tulis sebelumnya, untuk dosa2 yang berhubungan dengan orang lain, maka hak orang tersebut harus ditunaikan dulu. Jika berhubungan dengan keuangan/kepemilikan barang, harus diselesaikan, dan jika berhubungan dengan hukuman, maka juga harus dijalankan dan meminta maaf.

    Hal ini mengingat bahwa hak orang lain yang telah diambil secara zalim itu masih tetap akan dituntut oleh pemiliknya kelak di akhirat. Bahkan seorang yang mati syahid sekalipun, tetap akan dimintai pertanggung jawaban urusan hutangnya yang belum selesai. Padahal orang yang mati syahid itu masuk surga tanpa dihisab lagi amal-amalnya.


    Sebetulnya sih harus jelas dulu, dosanya itu seperti gimana, jadi lebih enak dan lebih tepat sasaran jawabannya.

    Tapi ngga pa2 deh, disimpan aja sendiri ya, ngga perlu di sharing2, klo Allah sudah menutupi dosa2mu, kenapa mesti dibuka2 :)


    Jadi susah juga nih jawabnya...

    Mungkin bisa dengan cara seperti ini. Dia kan juga punya ahli waris, coba dekati mereka dan minta maaf lewat mereka, serta ditunaikan hak2 orang yang telah kita zalimi lewat mereka.

    Dan orang2 yang telah meninggal mungkin akan lebih membutuhkan doa kita agar mereka dapat diringankan dari siksa kubur (jika ada), dihapuskan dosa2nya, dan diberatkan timbangan pahala kebaikannya. Jadi doakan dia....


    Terakhir, jangan pernah berputus asa dari ampunan dari Allah, karena Allah Maha Penerima Taubat, asal dilakukan dengan sebenar-benarnya.

    Allah SWT berfirman :

    "Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang" (QS. At-Taubah: 104).

    "Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Asy-Syura: 25).


    Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu dengan taubat. Dan semoga taubat kita diterima Allah SWT di bulan Ramadhan ini. Amien ya rabbal alamin.

    :)

    ReplyDelete
  7. Amiiiin... Oke deh, terimakasih untuk penjelasannya :P

    ReplyDelete