“Ih mas Roni ada jerawatnya.., hayuh lagi jatuh cinta sama siapa tuh..?”, Nanda, adik perempuan Roni yang berusia 18 tahun menggoda dirinya yang sedang mematut diri di depan cermin besar berukuran setengah badan di kamar pribadinya yang bercat biru laut, pintu kamarnya setengah terbuka ketika Nanda melewati depan kamarnya, Nanda terkekeh-kekeh menahan tawanya.
“Makanya kalo suka sama orang, kasih tau aja, jangan dipendam sendiri, munculnya jadi jerawat deh”, dia melanjutkan.
Sang kakak tatap cuek, masih sibuk meneliti benjolan kecil berwarna merah di wajahnya, raut mukanya tampak serius, didekatkan sedekat mungkin wajahnya dengan cermin. Tangannya sedikit menekan-nekan benjolan tersebut.
“Kalo yang jatuh cinta sama mas mah pasti banyak, tapi kalo mas yang jatuh cinta sama orang, kayaknya ngga deh”, dia menyahut cuek, masih asyik memerhatikan jerawatnya di pipi
“Huuuu, dasar narsis”, Nanda bersorak sambil kakinya melangkah memasuki kamar kakaknya yang berukuran 3 x 3 meter tersebut, usia mereka berpaut tiga tahun.
Saat ini, Roni sedang kuliah di
Roni duduk di sisi adik satu-satunya itu, mereka hanya tinggal berempat bersama ayah-ibunya. Ditatapnya wajah sang adiknya yang berkulit putih, kontras dengan kulitnya yang berwarna kecoklatan karena terbakar matahari akibat terlalu sering bermain bola.
“Kenapa Nda? Kayaknya ada yang kamu pikirin?”, Roni membuyarkan perhatian adiknya pada foto striker
Mereka memang saling dekat satu sama lain, sering curhat dan berbagi, bukan hanya dengan kakaknya, dengan
“
“Owh, sakit dunk ditembak”, sang kakak sedikit tertawa. Gantian membalas tawa adiknya tadi.
“Yeee, serius nih mas”, raut wajahnya berubah cemberut.
“Iya-iya, maaf, lanjutin gimana ceritanya”, Roni membetulkan posisi duduknya, bersiap
“Kemarin waktu mau ke kantin, si Yudi nembak Nanda, dia bilang cinta sama
“Trus, kamu bilang apa?”
“Ya.., bingung, diem aja, tetap berlalu deh. Tapi dia tadi SMS, tanyain lagi, gimana jawabannya nih mas”, ia
“Hmmmm”, sang kakak bergumam.
“Gimana nih mas, terima atau ngga? Teman-teman sudah pada punya pacar semua, apalagi sebentar lagi mau ada malam prom-night, malam pesta perpisahan kelulusan kelas tiga, yang kebanyakan udah pada cari-cari pasangan semua buat acara malam itu, sekalian biar ada kenangannya gituh”
“Hmmmm”, sang kakak kembali bergumam.
“Yah, mas ini, dari tadi dah cerita panjang kali lebar sama dengan luas, malah cuma ham-hem-ham-hem aja komentarnya”
“Hehehe, adikku yang cantik, sabar dulu ya,
“
Senyum si Roni makin lebar.
“Ok deh, kita sama-sama diskusiin dulu ya. Mengenai makna pacaran. Memang apa sih tujuan pacaran?”, dia mulai membuka pertanyaan. Dia memang terbiasa mengarahkan diskusi kelompok di kampus.
“Hmmm, buat saling penjajakan, perkenalan”,
“Trus apa lagi?”, dia terus memancing jawaban.
“Biar bisa saling berbagi cinta?”, jawabnya terdengar ragu.
“OK, sekarang kita list juga positif-negatinya pacaran. Tadikan kamu
“Sepertinya sih ngga ada negatifnya deh mas”
“Yakin..?”,
“Oh iya, si Wati jadi terlalu dikekang, kemana-mana ditanyain, kayaknya cowo-nya terlalu posesif sih, mesti ngasih kabar kalo mau kemana-mana, udah kayak dicemburuin gituh deh”
Roni tersenyum senang.
“
“Kalau memang buat saling kenalan, apa iya mesti lewat pacaran, lewat pertemanan biasa
“Tentang saling berbagi cinta, cinta macam apa? Sepertinya sih itu mah enaknya cowo aja yang akhirnya bisa manfaatin kaum mu tuh, para wanita, toh yang sering menjadi korban juga perempuan, yang disentuh-sentuh, bahkan ngga jarang dengan alasan cinta dan kasih sayang, sampai akhirnya merelakan keperawanan dan hamil, trus ditinggal lagi, kasihan. Cinta yang jelas mah cinta dari mama, cinta dari papa, dan cinta dari kakakmu yang ganteng ini”, anggukan-anggukan
Roni tertawa lepas, sang adik tertawa kesal.
“Mendingan jangan pacaran dulu deh, apalagi kamu sedang mau Ujian Nasional, dan sebentar lagi juga mau ikutan SPMB, katanya mau masuk psikologi juga, kudu bagus nilainya, nanti kalo gara-gara pacaran fokus belajarnya jadi hilang, malah nyesel lho nanti”, dia menepuk bahu adiknya.
“Iya mas,
“Wew, itu mah rayuan yang ngga banget”, mereka berdua tertawa, “jerawat karena memendam cinta. hahahaha”
* * *
Keesokan pagi harinya.
“Kak”, Nanda tertawa ringan, “ternyata jerawat yang Yudi bilang akibat dari cintanya yang dipendam, memang rayuan murahan aja, tadi malam
Kakaknya, Roni hanya bisa tersenyum mesem.
“Duh, bisa juga sih, jerawat karena cinta, ternyata tadi malam, saya memimpikan
“Oh jerawat, apakah engkau memang terbentuk karena cinta yang terpendam?”
---000---
Samarinda, 8 Oktober 2008
Syamsul Arifin
*Lomba Cerpen Remaja Rotho*
ah akyu juga lg jerawat niih, jerawat bulanan :D
ReplyDeletekal0 aku jerawatan kal0 kebanyakan makan
ReplyDeletelemaknya lari ke muka
alias jadi jerawat
nice cerpen
keep 0n writing!
klo kebanyakan mkn kacang jd keluar jerawat..
ReplyDeleteklo kebanyakan keluar jerawat jd kacangan..
hua..ha..ha..
nice story...
cinta yang terpendam bikin jerawat?
ReplyDeletewaduh,
@mba siantiek
ReplyDeletewehehe, untuk saya ngga dapat jerawat bulanan :D weks :D
@rizkisweetycutie, analestari & adee
hehehe, makasih atas apresiasinya ^_^
*tapi merasa ada yang kurang n mengganjal euy :D
Wjar jerawat,kan hormonnya aja yg lg ga stabil.Yg pntg mah PD wae lah..semgt n postf thngkng.Peace..
ReplyDelete