18 December 2008

Menjaga Lisan

“Lidah itu lebih tajam dari sebilah pedang”

 

Luka fisik, bisa dicari obatnya, luka di hati, hendak kemana obatnya dicari.

 

Apa yang sudah terucapkan, tidak bisa ditarik lagi. Bekasnya pasti akan ada. Karenanya, berhati-hatilah sebelum melontarkan perkataan.

 

Dalam satu hari, ada berapa banyak kalimat yang terlontar dari mulut kita? Banyak banget pastinya. Apalagi kalau kita tipe orang yang nyablak, tukang nyeletuk, bagai kompor yang mudah menyambar/memberikan komentar.

 

Pembicaraan bisa menghasilkan beberapa hal negatif seperti berikut:

 

  1. fitnah, tuduhan palsu, ucapan dusta mengenai keburukan orang lain
  2. ghibah, gosip, pembicaraan mengenai keburukan orang lain, meskipun hal itu adalah realita yang nyata adanya
  3. kebohongan, hal-hal yang tidak benar
  4. mengumpat, memaki
  5. kata-kata kasar yang menyakitkan
  6. perkataan yang menyinggung perasaan orang lain
  7. berkata "jorok" atau "kotor"
  8. dll

 

 

Berkata yang Baik

 

Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya surga. (HR. Bukhari)

 

Selain hal-hal yang negatif, mulut juga bisa dipergunakan untuk kebaikan, melakukan amalan kebajikan, memberatkan timbangan keshalihan.

 

  1. berzikir
  2. saling menasihati
  3. berkata yang baik, memotivasi, menyemangati, memperbaiki hubungan silaturahmi
  4. mengajarkan orang
  5. membela kebenaran, melemahkan kebatilan
  6. dll

 

Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

 

 

Kalau Tidak Bisa Berkata yang Baik, Mendingan Diem aja deh

 

Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

 

Menjaga lisan bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidak baik.

 

Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (Shahih Muslim)

 

 

Bicara itu sangatlah mudah, dan karena saking mudahnya, maka kita cenderung berbicara seenaknya saja. Padahal bisa jadi di dalam pembicaraan kita, terselip banyak keburukan.

 

Berhati-hatilah, jagalah lisanmu, jangan sampai ia menjadi harimau yang akan menerkam dirimu kelak, karena banyaknya keburukan yang keluar dari mulut kita. Kendalikan lidahmu, sehingga ia berkata kebaikan, atau bungkamlah ia, daripada ia berbicara keburukan.

 

 

---000---

 

Samarinda, 17 Desember 2008

Syamsul Arifin

8 comments: