Letupan virus avian influenza yang sangat patogen/ganas (HPAI-Highly Pathogenic Avian Influenza) H5N1 dilaporkan pertama kali di Hong Kong pada tahun 1997. Hong Kong merespon secara tepat dengan mematikan seluruh populasi unggas yang berjumlah sekitar 1,5 juta dalam waktu tiga hari. Mulai dari tahun 2001 sampai 2004, ada sekitar 15 kejadian HPAI di negara-negara asia, dan lebih dari 200 juta unggas dimatikan. Skala dari masalah ini sangatlah besar, mengingat selama 40 tahun sebelum tahun 2000, hanya ada 18 kejadian HPAI (namun tak satupun yang merupakan H5N1) dan hanya 23 juta burung yang dimusnahkan.
Virus H5N1 telah menyebar secara luas di antara beberapa negara-negara asia sampai tahun 2005, diantaranya adalah Kamboja, Cina, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam. Di tahun 2005, strain virus yang berbeda menyebar ke utara dan barat, pertama terjadi di Rusia, Kazakhstan dan Mongolia pada bulan Juli dan di Romania, Turki, dan Kroasia pada bulan Oktober.
Kasus H5N1 influenza pada manusia dilaporkan pertama kali di Hong Kong pada tahun 1997 dengan 6 dari 18 pasien yang terinfeksi mengalami kematian. Dari Desember 2003 sampai November 2005, ada 126 infeksi pada manusia yang telah dikonfirmasi, dimana 64 diantaranya mengalami kematian. Ini adalah kasus dimana tingkat kematian mencapai 51%.
Variasi Virus Avian Influenza
Virus avian influenza terbagi menjadi beberapa subtipe. Subtipe-subtipe tersebut dibedakan melalui variasi dari dua tipe lapisan proteinnya, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). 16 protein H yang berbeda dan 9 protein N telah teridentifikasi.
Subtipe-subtipe ini dikenali dari kombinasi penomoran protein-protein tersebut (contohnya, H5N1). Karena itu, ada sekitar 144 subtipe virus A influenza yang memungkinkan (16H x 9N), dimana hampir sebagian besar dari tipe tersebut ditemukan pada unggas di alam bebas.
Menariknya, hanya ada tiga dari 144 subtipe, H1N1, H2N2, dan H3N2, yang menyebabkan influenza pandemi di abad ke 20. Hanya strain dari H1N1 dan H3N2 yang saat ini bersiklus dan menyebabkan influenza musiman.
Pada saat ini, ada beberapa subtipe berbeda yang muncul dari virus AI pada manusia, subtipe tersebut adalah H5N1, H7N2, H7N3, H7N7 dan H9N2. Pada Oktober 2006, virus H5N1 telah membunuh lebih dari 150 orang di 10 negara berbeda sejak permulaan tahun 2003. Disisi lain, virus H7N7 dihubungkan dengan kematian tunggal dan dengan kasus conjungtivitas (iritasi mata) di negara Belanda. Sedang virus H7N2, H7N3 dan H9N2 menyebabkan sakit ringan pada manusia.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi pemerhati kesehatan masyarakat, karena para ahli meyakini bahwa virus ini bisa terus bermutasi dan memunculkan strain baru yang pada akhirnya mampu menginfeksi antar manusia.
Tanda-tanda Unggas Terinfeksi AI
Kita harus lebih waspada jika ada unggas yang memperlihatkan salah satu atau beberapa tanda-tanda berikut:
-
Kematian mendadak (tanpa gejala-gejala)
-
Kurang tenaga dan nafsu makan
-
Kurang koordinasi otot
-
Warna keunguan pada jengger, dan kaki
-
Telur yang berkulit rapuh atau berbentuk tidak normal
-
Diare
-
Membengkak di kepala, kelopak mata, jengger, dan paruh
-
Keluar cairan di hidung
-
Penurunan produksi telur
-
Batuk-batuk dan bersin
Penularan pada Manusia
Paparan pada membran conjungtiva mata dan/atau pada mukosa mulut atau hidung dengan sekret/cairan (mulut, hidung, atau feses) unggas yang tertular AI merupakan rute utama penularan virus ini pada manusia.
Hindari kontak langsung dengan sekret (cairan yang keluar dari mulut, hidung ataupun anus) unggas dan menghirup debu yang terkontaminasi sekret tersebut.
Pengendalian/Pencegahan Infeksi
-
Kepatuhan terhadap pentingnya praktek kebersihan tangan (hand hygiene) merupakan hal yang penting dalam mencegah penularan, terutama setelah beraktifitas hal-hal berikut:
-
Kontak dengan unggas yang terinfeksi/terpapar
-
Kontak dengan permukaan yang terkontaminasi kotoran unggas atau sekretnya
-
Melepaskan alat perlindungan diri (contoh: sarung tangan, google, masker, dll)
Praktik kebersihan tangan yang baik harus mencakup hal-hal berikut:
-
Mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun dan air selama 15-20 detik
-
Jika fasilitas pencucian tangan tidak tersedia dengan baik, gunakan prosedur yang telah ditetapkan mengenai praktek kebersihan tangan yang efektif.
-
Pastikan kita memperoleh akses terhadap alat perlindungan diri (APD) yang sesuai dan telah terlatih dan mengetahui penggunaannya.
-
Jangan makan, minum, atau merokok atau menggunakan kamar mandi dimana memungkinkan kontak dengan hewan atau permukaan yang terkontaminasi. APD yang digunakan harus dibuang, atau didesinfeksi secara benar. Tangan harus dicuci secara menyeluruh sebelum makan, minum, merokok, maupun saat menggunakan kamar mandi.
Pertimbangan penting:
-
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), virus influenza pada manusia dapat bertahan hidup selama 2 sampai 8 jam pada permukaan. Pernyataan ini berdasarkan penelitian tunggal yang dilakukan pada tahun 1982, dan diungkapkan secara khusus ketahanan virus influenza pada permuakaan stainless steel.
-
Jangka waktu virus avian influenza setelah berada di permukaan tergantung pada beberapa faktor lingkungan. Bahkan ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa beberapa strain H5N1 menunjukan perbedaan ketahanan hidup saat dikondisikan dengan lingkungan yang sama.
Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan tangan
-
Gunakan sarung tangan vinyl sekali buang (disposable) atau sarung tangan ringan nitril, atau
-
Gunakan sarung tangan karet yang dapat didesinfeksi
Pertimbangan penting:
-
Hindari menyentuh muka atau membran mukosa, termasuk mata, dengan sarung tangang yang telah terkontaminasi
-
Sarung tangan harus diganti jika sudah robek atau rusak
-
Sisihkan sarung tangan segera setelah menggunakan
-
Sarung tangan yang digunakan harus sesuai dengan aktifitasnya, contoh: untuk beberapa aktifitas mungkin akan lebih cocok menggunakan sarung tangan yang tipis dari pada sarung tangan yang ringan
-
Penggunaan jangka panjang sarung tangan dapat menyebabkan dermatitis akibat keringat yang terlalu lama. Hal ini bisa dihindari dengan menggunakan sarung tangan katun yang tipis didalam sarung tangan luar.
Perlindungan tubuh
-
Gunakan pakaian luar yang disposable atau coverall dengan menggunakan apron yang tidak tembus pada bagian luar, atau
-
Gunakan baju panjang dokter yang memiliki kerah yang panjang dan terkancing, ditambah dengan apron yang tidak tembus
-
Gunakan penutup kepala atau rambut yang disposable untuk menjaga kebersihan rambut
Pertimbangan penting:
-
Karena pakaian perlindungan ini lebih bersifat mengisolasi dari pada pakaian kerja biasa, langkah-langkah pencegahan harus diterapkan untuk mencegah pengaruh panas (heat stress)
Perlindungan kaki
-
Gunakan pelapis sepatu yang disposable, atau
-
Gunakan sepatu boot karet atau plyurethane yang dapat dibersihkan dan didesinfeksi
Perlindungan mata
-
Gunakan goggle untuk melindungan membran mukosa mata
Pertimbangan penting:
-
Goggle yang rapat, memiliki ventilasi tidak langsung dan berlapis anti embun merupakan pilihan yang tepat untuk pekerja yang memiliki resiko paparan yang kecil (contohnya, pekerja ini tidak secara langsung teribat dengan pemilihan/pemisahan unggas). Namun, goggle tersebut tidak kedap udara, sehingga tidak dapat mencegah kontak melalui udara
-
Pekerja yang menggunakan kaca mata dari dokter (prescription) harus menggunakan kaca mata yang dapat memasukan lensa prescription ke dalam lensa kaca mata pelindung atau menutupi lensa prescriptionnya tanpa mengurangi perlindungan terhadap mata
-
Perlindungan mata harus disesuaikan dengan alat perlindungan pernafasan (respirator) karena beberapa goggle dapat mencegah kerapatan alat perlindungan pernafasan yang setengah muka. Untuk meyakinkan bahwa kaca mata perlindungan tidak mencegah kerapatan masker muka, kenakan kaca mata setelah masker dikenakan dan diuji kerapatannya
Perlindungan pernafasan
-
Masker partikel sekali pakai yang telah disetujui NIOSH (contohnya, N95, N99, atau N100) merupakan perlindungan pernafasan minimal yang harus dikenakan
Pertimbangan penting:
-
Perlindungan pernafasan untuk tingkat ini atau tingkat yang lebih tinggi bisa jadi sudah digunakan untuk mencegah bahaya yang telah ada di lingkungan (seperti uap, debu, dll)
Monitoring Kesehatan
Kita harus waspada terhadap gejala yang mengarah pada avian influenza. Gejala-gejala ini bervariasi mulai dari influenza pada umumnya (demam, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit otot), infeksi mata (conjungtivitis), peneumonia, penyakit pernafasan yang parah (sindrom pernafasan akut), bahkan bisa sampai pada berbagai komplikasi yang parah dan bisa mengancam nyawa.
Pertimbangan penting:
-
Infeksi AI pada manusia dapat terlihat dari beberapa cara tergantung keadaan fisik seseorang sebelum infeksi dan patogenitas (keganasan) strain AI. Meskipun gejalanya secara umum sama –mirip flu- namun bisa jadi berbeda antar tiap individu
-
Seseorang yang terinfeksi dengan virus H7N7 seperti yang terjadi di Belanda tahun 2003, seringnya hanya mengalami iritasi/infeksi mata (conjungtivitis)
-
Individu yang masuk ke rumah sakit karena subtipe H5N1 sangat mungkin mendapatkan demam dan batuk juga kesulitan bernafas dan/atau diare, sedangkan conjungtivitis sangat jarang
Seseorang yang menjadi sakit setelah mungkin terpapar dengan virus AI harus melakukan langkah-langkah berikut:
-
Cari pertolongan medis, namun saat dirawat, beritahu mengenai kemungkinan paparan AI yang didapat
-
Jika mengunjungi pelayanan kesehatan tidak memungkinkan, tetap berada di rumah selama 24 jam setelah muncul demam, kecuali: jika ada alternatif diagnosa yang menjelaskan mengenai sakit yang diderita; atau jika uji/diagnosanya adalah negatif untuk virus AI; dan selama dirumah, orang yang sakit harus mempraktekkan pernafasan yang baik (menutup mulut saat bersin/tidak mengenai orang lain, menjauh dari orang-terutama anak-anak dan ibu hamil, dll), dan menjaga kebersihan tangannya untuk mengurangi penyebaran virus terhadap orang lain.
Disinfeksi Daerah yang Terkontaminasi Unggas AI
Setelah kejadian, sangatlah penting untuk segera melakukan disinfeksi pada daerah yang terkominasi. Tergantung suhu dan kondisi kelembaban, virus AI dapat bertahan di lingkungan untuk jangka waktu yang lama, bahkan sampai beberapa minggu. Namun secara umum, virus AI rentan terhadap metode inaktivasi fisika dan kimia berikut:
Metode kimia:
-
Deterjen secara umum
-
Disinfektan khusus
Metode fisika:
-
Pemanasan (semakin tinggi suhu, semakin cepat inaktivasi)
-
Pengeringan menyeluruh
Proses disinfektan di lapangan umumnya dilakukan dengan metode kimia. Virus yang menempel pada benda organik seperti debu, kotoran, sampah, dan pupuk bisa menjadi lebih tidak rentan karena mereka bisa terhalangi dari kontak dengan bahan disinfektan.
---ooo---
Referensi: OSHA (Occupational Safety and Health Administration). OSHA Guidance Update on Protecting Employees from Avian Flu (Avian Influenza) Viruses. 2006
Penulis:
Syamsul Arifin, SKM
Safety Professional
Alumni Dept. K3 FKM UI angkatan 2001
Email: syamsul.arifin@yahoo.com
No comments:
Post a Comment