30 September 2007

[cerpen] Gara-gara Ikhwan Gang Kelinci

Akhirnya, bisa juga aku hidup mandiri. Yups, mulai minggu ini aku mengontrak sepetak rumah di daerah dekat tempat kerjaku, di kawasan industri Tangerang, dekat dengan pabrik keramik tempat ku memulai karir profesionalku sebagai seorang IT support di divisi PPIC alias Production Planning and Inventory Control.

Inilah pertama kalinya aku lepas dari orangtuaku. Hemm… perlu banyak belajar nih… untungnya sewaktu masih tinggal bareng orangtua, memasak, membersihkan rumah, mencuci baju dan mencuci piring merupakan hobiku. Jadi tidak banyak adaptasi yang perlu ku lalui.

Aku memang berprinsip bahwa seorang istri yang baik itu harus bisa melakukan semua urusan rumah tangga, sama sebagaimana prinsip guru ngaji pembina kajian keislaman rutin yang selama ini kuikuti. Makanya semenjak masih masuk kuliah dan ikut pengajian rutin, semua urusan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, dan mencuci baju serta piring menjadi menjadi hobi atau kesukaanku, bahkan terkadang aku suka sebal kalau adikku yang laki-laki terkadang menyerobot hobi-hobiku tersebut…. Hi3x… hobi yang unik ya…

Aku kan ingin menjadi istri idaman, makanya sampai sekarang, ku terus mengasah diriku dengan kemampuan seorarang ibu rumah tangga yang baik. Mulai dari urusan tetek-bengek urusan rumah tangga sebagaimana hobi yang unikku, sampai mempelajari mengenai pendidikan anak, kesehatan dasar, dan psikologi interpersonal atau psikologi hubungan antar personal yang baik. Memang aku ini akhwat idaman banget ya… Hi3x…

---

Meski jarak antara kontrakan dengan tempat kerja tidaklah begitu jauh, aku paksakan diriku tuk membeli sebuah motor bekas tahun 2004, yah lumayan lah, hitung-hitung penghematan uang. Kan lumayan tuh, apalagi sekarang harga ongkos naik bis sudah sangat mahal, tidak seperti zaman waktu saya SMA dulu. Sekarang ini beban pengeluaran rumah tangga untuk transportasi bahkan bisa melebihi duapuluh persen dari kebutuhan keluarga. Padahal proporsi pengeluaran transportasi yang baik itu seharusnya kurang dari duapuluh persen, jadi seharusnya tugas pemerintah lah yang menyediakaan transportasi yang terjangkau masyarakat. Lho kok jadi malah curhat pengeluaran rumah tangga begini ya…

Ku panggil motor dengan julukan si Pirate alias si bajak laut, karena kesukaanku atas filmnya Jhony Deep, Pirate of the Caribian. Seorang tokoh bajak laut antagonis yang tampan dan hebat.

---

Seperti biasa, kususuri perlahan jalan kecil dari kontrakan menuju jalan besar Moch Toha. Sebuah jalan yang bernama gang kelinci. Wah, sepertinya ada seseorang laki-laki yang juga mau berangkat bekerja. Rumahnya persis di samping jalan kecil tersebut. Dia hendak memanaskan motornya pula. Wuih… keren juga tuh orang. Perawakannya yang tinggi dan wajahnya yang lumayan keren sempat membuat denyut jantungku berdesir lebih cepat… wah3x… harus ghadul bashar nih… ternyata memang benar ya, bukan cuma ikhwan doang yang harus menjaga pandangannya, seorang akhwat pun juga harus menjaga pandangannya ya, batinku berbisik.

---

Hari ini, seperti biasa ku lewati lagi jalan kecil itu… semoga ketemu sama ikwan keren itu, ikhwan gang kelinci, begitu aku memanggilnya, bukan karena telinganya yang panjang mirip kelinci, tapi karena memang dia tinggal di gang kelinci. Astagfirullah hal adzim… segera ku tangkis pemikiran tuk mengharap perjumpaan dengannya jauh-jauh dari benakku.

Wah ternyata benar, hari ini melihat si dia lagi. Kali ini dia sudah siap tuk berangkat kerja juga. Kulihat dia sedang tinggal menaiki motornya tuk berangkat. Ku lihat sekilas, dia memakai jaket dengan logo salah satu partai Islam yang kemarin kalah dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta. Wah, ternyata dia aktivis partai juga nih, sama seperti diriku, cuma karena masih baru, belum sempat ku bersilaturahmi ke kantor dewan perwakilan ranting terdekat disini.

Dia melihat ke arahku saat ku lewati depan rumahnya. Ku pura-pura cuek dan pura-pura tidak melihatnya.

---

Sudah beberapa kali aku melewati jalan kecil ini dan sering kali bertemu dengan ikhwan gang kelinci tersebut. Apakah dia ‘ngeh” dengan kehadiranku sebagaimana aku memperhatikan kehadirannya?

--

Hari ini aku kesiangan bangun. Pagi tadi, setelah shalat subuh di masjid dan membaca dua lembar surat cinta dari Zat yang Maha Memiliki Cinta alias Al-Quran, ku lanjutkan tidurku lagi. Sebetulnya aku tidak begitu suka dengan tidur setelah subuh, terutama setelah mengetahui bahwa tidur setelah subuh merupakan hal yang dibenci Rasul, tapi mau bagaimana lagi, tadi malam aku pulang kerja pukul 10 malam, setelah mandi dan makan malam, alih-alih tidur, aku malah membaca novel The Kite Runner-nya Khalled Hosseini yang baru saja kubeli dua hari kemarin, habis lagi seru-serunya sih, jadi tidak enak kalau kepotong, dan akhirnya aku harus tidur pada pukul satu malam.

Setelah mandi dengan kecepatan super cepat, aku baru menyadari bahwa belum ada baju kerja yang dapat layak kupakai…. Waduh… lupa menyetrika euy minggu ini. Lalu dengan terburu-buru ku gelar alas tuk menyetrika dan mulai lah satu baju ku gosok dengan rapi. Huih… minimal satu dulu deh, yang penting hari ini ada baju yang bisa kupakai, begitu benakku dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 7.00 pagi. Waduh, jam masuk kerja pabrik jam 7.30 nih. Dengan tergesa-gesa, ku memakai jaket tuk melindungi tubuh mungilku dari terpaan udara Tangerang yang penuh debu, mengambil bedak dan mengoles-ngolesnya kemukaku sambil setengah berlari kecil tuk mengambil sepatu. Weiiks….. ternyata sepatu kerjaku kotor, waduh ini gara-gara kemarin naik motor sewaktu hujan nih. Aduh joroknya, masak sih akhwat yang cool seperti aku ini pake sepatu yang kotor belepotan tanah. Hmmm, segera kuambil sikat dan semir sepatu yang berada di sisi rak sepatu, ku gosok-gosok dengan cepat, yang penting mah tidak terlalu kotor saya, batin ku dalam hati.

Dan weiiiks lagi, ternyata si Pirate juga kotor setengah mati. Wah klo untuk yang ini nyerah deh, nanti aja sepulang kerja baru dibawa ke tukang cuci steam, sekalian berbagi rezeki dengan mereka, eh itu berbagi rezeki atau karena malas aja ya, hi3x.

Dengan sedikit cepat ku pacu sepeda motorku. Wah, ternyata ketemu lagi sama si ikhwan gang kelinci. Hmmm… dia tetap keren seperti biasa. Ku lihat kearah dirinya, dan suatu waktu, pandangan kami bertemu. Wah, dia tersenyum kepadaku, aduh, lumer deh nih hati. Cessss. Senyuman yang indah.

Wowowo… karena senyuman itu, koordinasi otak dan otot tanganku menjadi kacau. Motorku oleng kekiri dan kekanan. Hingga akhirnya hidung si Pirate mencium gerobak sampah yang sedang parkir di samping gang yang sempit itu. Gubrak… si Pirate jatuh oleng ke kanan.

Aduh… aku meringis pelan. Si ikhwan gang kelinci tersebut menghampiri dengan tergesa-gesa. Dia membangunkan si Pirate sehingga aku dapat bangkit setelah kaki ku terhimpit motor. “Wah, makanya mba jangan buru-buru”, ia berkata, “jadi gini deh kejadiannya” ia menambahkan. Aku hanya diam dengan sedikit tersenyum kecut.

Dia tersenyum lagi kepadaku sembari setengah menahan ketawa. Wah nih ikhwan kejam juga ya, masak orang dapat musibah ia malah senyum-senyum gitu, wah ngga bakal terpesona lagi deh aku sama senyumnya, udah kayak menari diatas penderitaan orang aja.

“Maaf mba, tapi kayaknya saking buru-burunya, muka mba masih pada cemong tuh”, ia tetap dengan senyumnya. Weiiks. Tanganku mengusap muka, waduh, ternyata si semir sepatunya mampir ke mukaku. Ku lihat mukaku di kaca spion motor. Waduh, ternyata berantakan nih muka. Sekarang bukan hanya hitam, tapi mukaku kini bercampur warna merah merona karena malu.

Segera ku rapihkan make-up mukaku yang berantakan. Ku usap-usap dengan cepat dan seadanya. Segera ku raih si Pirate dari tangannya. “Syukron ya” aku berucap tanpa melihat wajahnya yang kuyakin masih menahan senyumnya. Ku tancap si Pirate tanpa menengok lagi kebelakang.

Jatuh dari motornya sih tidak seberapa sakit, tapi malunya itu lho. Ku pacu terus si Pirate dengan wajah yang tertunduk dan kuyakin merah merona.


---000----

Jakarta, 22 September 2007
Syamsul Arifin
Lho kok saya kayaknya sering banget bikin cerpen pake sudut pandang perempuan ya :D ha3x

13 comments:

  1. Mungkin akhi mengidam2kan sosok seorang ukhti seperti yang akhi tulis? :))
    eh, btw udah keluarga blm akh? Hehe, maaf

    ReplyDelete
  2. Kayaknya krn saya emang women expert wannabe deh, makanya bikin pake sudut pandang perempuan :D he3x

    Klo mencermati cerpen saya yg berjudul "bila momongan tak kunjung datang" pasti bisa menjawab pertanyaannya kok :)

    ReplyDelete
  3. waduuuhh,,,kalo yang namanya akhwat idaman kyk gitu, berarti aku msh jauh donk :-D

    ReplyDelete
  4. :) ngga jauh kali mba... deket kok... dikit lagi.
    yang penting mah ada kemauan tuk terus menjadi lebih baik :)

    semoga bisa menjadi akhwat idaman, dan juga menjadi istri idaman ya :D

    ReplyDelete
  5. Huuuuuaaaaahahahahahhaha........lucu juga ceritanya.....agak mirip2 pengalamanku.....but, kalo aku ga pake jatuh dari motor ^_^ hihihiiihihihiiii..... ^_^

    ReplyDelete
  6. weiks... emang gimana kejadiannya ndah... ^-^
    lucu juga, ternyata ada ya di dunia nyata :D

    ReplyDelete
  7. ntar kak....kalo udah ada endingnya.....indah ceritain deh ^_^

    ReplyDelete
  8. kayaknya untuk, cerpen yg ini mau dicukupkan sampe sini aja deh...
    biar ada nuansa "kocak"nya sekali2 di cerpen2 saya :)

    so... ceritain ya tentang pengalamanmu dengan "ikhwan gang kelinci"mu :)

    ReplyDelete
  9. iya kak....doain ya biar happy ending ^_^

    ReplyDelete
  10. amin :)
    semoga ditunjukan yang terbaik ya ndah :)

    ReplyDelete
  11. wie-wie..(indah)... yus aminin juga deh... ^_^
    tp jgn mpe jatoh dari motor ya... ^_^V

    ReplyDelete