07 September 2007

[cerpen] Jangan Terlalu Mesra Lagi Ya...

"Hmmm, benar juga ya apa kata ustadz Syamsul tersebut", batinku menggumam. Hari ini saya baru saya pulang dari kajian intensif yang diselenggarakan di masjid Al-Hikmah Bangka. Acara yang berisi rangkaian ibadah dimulai dari ba'da Isya kemarin malam hingga berakhir ba'da Subuh pagi ini memberikan energi yang cukup tuk menguatkan ruhiyah diriku dan istri tuk melanjutkan hidup. Acaranya cukup beragam, mulai dari kajian keislaman bada isya dan kajian keislaman bada subuh, qiyammullail jamaah, dan muhasabah.

Tadi malam, materi kajian yang diberikan adalah mengenai Setan, dibawakan oleh ustadz Syamsul yang baru saja dua tahun berada di Indonesia setelah dia sebelumnya mengambil pendidikan mulai dari S1 sampai S3 di Pakistan, sehingga, total-total, dia sudah menghabiskan usianya selama sembilan tahun di negerinya Mushyaraf.

Ketika beliau menyampaikan materi tentang karakteristik-karakteristik setan, ada sebuah hadits yang menarik perhatianku. Ustadz muda yang penuh semangat, memiliki keterampilan ceramah yang piawai dan sedikit humoris ini menampilkan satu hadits marfu riwayat Bukhari Muslim yang menjelaskan mengenai gambaran setan yang berada di aliran darah tubuh manusia.

Diriwayatkan oleh Shafiyah binti Huyaiy ra, ia berkata: Suatu malam ketika Nabi saw sedang beriktikaf, aku datang mengunjungi beliau untuk mengajak bicara. Setelah itu aku pun bangkit berdiri untuk pulang dan Rasulullah saw ikut berdiri untuk mengantarkanku. Tempat tinggal Shafiyah adalah di rumah Usamah bin Zaid. Tiba-tiba lewat dua orang Ansar. Tatkala mereka melihat Nabi saw mereka mempercepat jalan mereka lalu Nabi saw berseru: Tunggu! Dia adalah Shafiyah binti Huyaiy. Mereka berdua segera menyahut: Maha suci Allah, ya Rasulullah! Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya setan itu berada di dalam aliran darah tubuh manusia dan aku khawatir akan menimbulkan prasangka buruk di hati kalian atau mengatakan sesuatu.

Entah mengapa, ketika diceritakan mengenai hadits tersebut, pikiranku langsung tertuju pada keromantisan diriku dan istri yang telah kunikahi selama dua tahun terakhir ini.

Akupun langsung teringat buku Sirah Nabawiyah yang merupakan rangkaian dari Seri Fiqh Dakwah wa al-Harakah karangan Dr. Muhammad Sa'id Ramadhani Al-Buthy. Di buku itu beliau menjelaskan bahwa Syafiyah binti Huyaiy merupakan salah seorang istri Nabi. Di perang Khaibar, Shafiyah binti Hiyaiy bin Akhthab pemimpin Yahudi Khaibar termasuk di antara para wanita Yahudi yang jatuh sebagai tawanan di tangan salah seorang sahabat Nabi saw. Oleh Rasulullah saw wanita Yahudi itu diminta dari sahabatnya, kemudian dimerdekakan dan dinikahi oleh beliau setelah masuk Islam dan pembebasannya itu dijadikan sebagai maharnya.

Dalam berbagai buku mengenai pernikahan, saya sering membaca bagaimana keromantisan Rasulullah saw, ucapan-ucapan mesra beliau terhadap istrinya, bagaimana perbuatan beliau yang membangun keharmonisan/kemesraan antar suami-istri, dan juga beberapa tindakan suami istri yang beliau juga lakukan seperti mencium, mencumbu, menghisap lidah atau yang menurut bahasa sekarang adalah French-kiss, mandi bareng, dan lain-lain.

Namun ternyata, baru sampai detik ini, saya baru ngeh kalau ternyata sifat romantis terhadap istri sendiri pun perlu dijaga. Jangan sampai, mentang-mentang istri sendiri, kita seenaknya saja berbuat mesra, bahkan di tempat-tempat umum yang bisa jadi akan membuat saudara muslim kita yang lainnya, dikotori hati dan pikirannya oleh syaitan.

---

Ku tunggu istriku di pelataran parkir motor di halaman masjid Al-Hikmah Bangka yang sering ku kunjungi. Subhanallah, meskipun belum mandi, istriku tetap tampil mempesona. Maha suci Allah, zat yang telah menciptakan keindahan di muka bumi ini. Dia tersenyum kepadaku, dan melontarkan pertanyaan ketika sudah mendekat, "sudah lama yang bang?", kubalas dengan memberikan senyuman terbaikku, "ah belum kok", aku menyahut sembari mengenakan perlengkapan berkendara ku, sebuah rompi pelindung badan, sarung tangan kulit, masker muka, dan kaca mata hitam.

"Tadi saya bertemu dengan teh fitri, yang baru aja kemarin kita datengi walimahannya, masih inget ngga bang?" dia melanjutkan pembicaraan, "dia datang bareng suaminya, dan mereka terlihat mesra sekali, bikin iri banyak orang aja tuh dia", ceritanya sembari sedikit tertawa renyah. Wah, kesempatan baik nih untuk ku lontarkan apa yang mengganjal pikiranku berkaitan dengan romantisme. Ku lepas kembali helm full-face ku dan masker penutup mulut yang telah berjasa menyelamatkanku dari pekatnya debu jalanan kota Jakarta. Ku palingkan tubuhku mengarah kepada istri tercintaku.

"Dik, besok-besok kita jangan terlalu mesra lagi ya", aku berujar pelan, "lho, emang kenapa bang?", kulihat ada sentakan perasaan terkejut dalam dirinya, raut mukannya pun berubah menjadi penasaran. "Nanti ku ceritakan secara lengkap, sambil kita makan bubur ayam bangka kesukaanmu, yuks sekarang naik", ujarku sembari mengenakan kembali helmku dan men-starter motor.

Brum… brum… motor melaju perlahan… membawa dua insan yang penuh cinta dan kasih sayang (karena Allah).

Ya Allah, semoga engkau memberikan kami kekuatan tuk terus memegang teguh sunnah Rasul-Mu hingga akhir hayat kami... (amin)


---

Syamsul Arifin,
Jakarta, 7 Agustus 2007
Untuk saudara/i ku yang telah menikah, semoga engkau bisa sedikit membantu diriku tuk menjaga hati…

6 comments:

  1. hmmm gitu yah...(hampir 15 tahun menikah dan selalu romantis dengan pacarQ)

    ReplyDelete
  2. Romantis sih ngga pa2 mba, malah bagus kok. Asal bisa liat situasi dan kondisi aja, jangan suka "keterusan" didepan umum :D
    Kan kasihan yang seperti saya... jadi kepengen :)

    ReplyDelete
  3. (anak sekarang bilangnya:) kecian deh lo... hwehehe... (salam buat istri yah..)

    ReplyDelete
  4. Yeee.... maksudnya saya kepengen, karena saya belum punya istri mba :) <--- makin kacian ya :D

    Makanya saya bikin tulisan ini, mungkin nanti klo saya dah punya "gandengan", saya kan buat tulisan "makin hari kita makin mesra kali" ya :)

    ReplyDelete