Akhirnya ku menemukanmu, saat hati ini ingin berlabuh
Hari-hariku kini kembali berputar sebagaimana biasanya. Meskipun aku tidak bisa mendapatkan Hani, tapi kini aku jauh lebih bahagia, karena ia telah berada di tangan yang jauh lebih baik. Radinal Husein, Mantan Mahasiswa Berprestasi tingkat
Kabar terakhir yang kudengar, Hani kini sedang mengandung tiga bulan. Mungkin sekarang sedang
Kini aku kembali bergelut dengan keseharianku sebagai seorang risk management officer, pekerjaan yang menuntut peran besar otak kiriku yang sistematis, linear, dan logis. Hmmm.., mungkin itu sebabnya kali ya jadi gampang bikin puisi-puisi mellow, sebagai bentuk penyeimbang alias homeostatis perasaan kali ya… hmmm…
Kini puisi-puisiku berterbaran di mana-mana, dan dengan beberapa teman di situs komunitas myQuran, saya dan tiga
---
Hari Senin yang cerah, begitu ku menyebutnya, karena si bos kali ini sedang dalam suasana hati yang enak, hingga sepertinya hari ini merupakan hari yang nyaman untuk sedikit bersantai dari pekerjaan yang mendera.
Lantunan lagu Jalan Juang-nya Izis menjerit dari handphoneku, menandakan ada telpon yang masuk. Radinal Husein, begitu nama yang terpampang di layarnya. “Assalamualaikum akh”, aku memulai, “waalaikum salam”, dia menyahut, “kaifa hal wa imanuk?(1)”, aku sedikit berbasa-basi, “alhamdulillah bil khoir, wa anta?(2), dia membalas, “alhamdulillah aydon(3)”, jawabku, “ada apa nih?’, aku menambahkan, “ada sesuatu yang ingin saya bicarakan. Tapi sepertinya kita tidak bisa bicara ditelpon nih, harus ketemuan”, suara berubah serius.
Hmmm…, hatiku berputar tak karuan, mencoba menerka-nerka dalam diri, kira-kira kenapa ya, kok sampe sedemikian pentingnya sih sampai tidak bisa disampaikan lewat telepon, padahal
Hmmm.., batinku berguman, ada maksud apa ya... Apakah-apakah.., atau jangan-jangan.... Segera ku tampis pikiran itu dari benakku yang penuh ragu dan ingin tahu.
---
Hari ini aku harus keluar dari kantor dengan cepat. Aku sudah ada janji dengan
Jarum jam di lenganku menunjukkan angka 6.13 ketika saya tiba di Citos, setelah shalat magrib di mushola yang terletak di basement, saya bergegas menuju tempat tujuan.Wah lumayan nih, tidak terlalu ramai, mataku memandang sekeliling. Masih bisa melakukan hobiku berselancar di dunia maya dan blogs traveling ke teman-teman FLP ku yang ada di Multiply menggunakan hotspot yang tersedia di café.
Ketika sedang asyik menikmati segelas coklat hangat dengan croissant, seorang lelaki yang sudah sangat ku kenal datang menghampiri. Disampingnya berjalan juga seorang wanita dengan jilbab putih yang rapi dengan bawahan hitam panjang.
“Assalamualaiku akh”, suara yang terdengar akrab ditelinga, menggema, ia datang padaku sembari mengembangkan senyum dan mengulurkan tangannya. Radinal Husein, saudara seperjuanganku di Rohis Fakultas dulu kini
“Wa’alaikum salam”, aku menjabat tangannya hangat, dia mengambil posisi duduk dihadapanku sementara wanita yang sedari tadi bersamanya duduk di samping
“oh ya pesan apa akh?”, saya mencoba mencairkan suasana, “Brazillian coffee dengan krim donk”, sahut Dinal, “kamu apa
Setelah datang membawa pesanannya, aku membagikannya, dan kembali menyeruput segelas coklat hangat keduaku. “Pin, saya mau tanya nih, kamu sekarang sedang dalam proses ta’aruf(4) dengan seseorang ngga?”, Radinal mengajukan pertanyaan yang paling tidak kuharapkan. Sedang berada di depan seorang akhwat, masak nanya pertanyaan yang sensitif gitu sih nih anak. Gleks, hampir-hampir saja aku tersedak. Tapi bukan Syamsul Arifin namanya klo tidak punya rasa percaya diri yang tinggi.
“Iya lah,
“Maukah engkau..”, tiba-tiba, perkataanya dipotong oleh adiknya yang memegang tangannya, “maukah engkau menikah denganku?”, lanjut adiknya. Aku bengong. Tiba-tiba kehampaan menyeruak memenuhi pikiranku.
Baru ku sadari, ternyata Radinal memang betul seseorang yang sangat hebat. Ia adalah anak laki-laki pertama dan ayahnya telah meninggal dunia. Semenjak masih kuliah dia biasa berbisnis untuk mencukupi kebutuhannya sebagai seorang mahasiswa, wuiiih, ternyata dia memang menjadi tumpuan beban keluarganya. Dan kini, peran seorang ayah, yaitu mencarikan pasangan bagi anaknya, telah beralih ke pundaknya.
“Mas Dinal dan Mba Hani telah banyak memberikan informasi tentang mas Ipin. Dan saya juga telah istikhara dengan baik. Insya Allah saya siap”, Annisa menambahkan seraya menanti-nanti perkataan yang
“Menikah bukan sesuatu yang mudah, makanya Al-Quran menyebutnya sebagai mistaqon kholidzo atau perjanjian yang kuat(5), mungkin akh Ipin butuh sedikit waktu. Silakan akh dipikirkan dulu baik-baik”, kata Radinal serasa menyelamatkanku, dia membuka tasnya dan memberikanku seberkas file.
---
Sudah beberapa hari ini aku bangun di sepertiga malam, terkadang lucu juga kalau mengenang masa itu. Pastinya
---
Keputusanku kini bulat sudah. Waktu satu minggu yang sudah berlalu, saya rasa sudah cukup. Bismillah, ku angkat gagang telpon dan menekan nomor yang tertera pada seberkas file. “Assalamualaikum”, suara lembut seorang wanita terdengar menyapa, “wa’alaikum salam, ini saya Ipin, Syamsul Arifin. Ini benar dengan Annisa?”, saya bertanya, “ya, saya sendiri”, dia menjawab.
Ketegangan terasa menyumbat tenggorokanku. Bismillah. “Insya Allah, kapan saya bisa datang bersama
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (QS. Al-Furqaan: 74-76)
---
Syamsul Arifin
“Maafkan aku yang telah lama membiarkanmu tenggelam dalam lautan kegundahan tak bertepi…"
*Cerpen ini merupakan lanjutan dari cerpen "Perahu Cinta di Tengah Badai"
Keterangan:
(1) Bagaimana kabarmu dan kabar imanmu?
(2) Segala puji bagi Allah, baik-baik saja, dan (kabar) kamu?
(3) Segala puji bagi Allah, saya juga (baik-baik saja)
(4) Taaruf = proses mengenal seseorang dengan tujuan untuk saling menggali lebih jauh masing-masing
(5) Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS. An-Nisaa': 21)
hhhmmmmm.....perasaan cerpennya sama isinya dgn cerpen yang judulnya "I Love You, I Cry For You, and You Give Me Someone Better".......
ReplyDelete:D hehehe
ReplyDeleteEmang nih cerpen gubahan cerpen english tersebut
Maklum lagi mentok n ngga ada ide :D hehehe
“Maafkan aku yang telah lama membiarkanmu tenggelam dalam lautan kegundahan tak bertepi…”
ReplyDeletebuat puisi aja lagi ^-^