09 November 2007

Pasangan yang "Terbaik" atau Pasangan yang Tepat?

Ilustrasi:
Matrix, sebut saja begitu, adalah mahasiswa tingkat akhir fakultas kedokteran UI, suatu ketika ia ingin menikah, dan ia mengutarakan keinginannya itu kepada seorang ustadz. Matrix punya semua persyaratan yang ustadz ini yakin sangat diminati oleh para wanita. Ia berasal dari keluarga yang kaya, berpendidikan, memiliki prestasi akademis yang hebat, dan tampang yang juga lumayan (sebagian besar wanita menyukainya). Ketika ditanya kriteria ideal yang ia inginkan, ia menjawab, ingin wanita yang cerdas, berasal dari keluarga yang tidak terlalu jauh dari dirinya (pendidikan, sosial, dll), memiliki tampang yang bagus, akhlak yang baik, dan aktif dalam da'wah. Lalu ustadz itu menjawab, akhi, jika saya menemukan yang seperti itu, maka saya duluan yang akan menikahinya...

---

Kita tidak akan dapat mampu memahami orang lain dengan benar, jika kita tidak memahami diri kita dengan benar. Karena itu kesalahan terbesar seseorang ketika menikah kalau tidak mengetaui konsep dirinya dengan baik adalah ia akan mencari pasangan yang paling baik untuk menutupi kekurangan-kekuranganya, tapi ini merupakan langkah yang salah atau dapat menimbulkan satu sumber konfllik dalam rumah tangga.

Ketika sedang mencari pasangan hidup, carilah pasangan yang paling tepat untuk diri kita, bukan yang terbaik. Kita tidak sedang mencari istri yang unggul ataupun suami yang unggul, tapi carilah pasangan yang paling tepat dengan bingkai keprbadian kita.

Tidak semua orang cerdas membutuhkan orang cerdas, dan tidak semua orang cantik membutuhkan orang yang tampan. Justru ada orang yang dewasa malah membutuhkan pasangan yang sangat kekanak-kanakan.

Umar bin Khattab ra adalah seorang yang terkenal tegas, tapi ia pernah menyatakan jadilah engkau seperti bayi dihadapan istrimu.

Sebuah penelitian sejarah pernah mengatakan, rata-rata pria besar dalam sejarah memiliki istri yang sangat sederhana, dan rata-rata wanita hebat dalam sejarah memiliki suami yang sangat sederhana.

Karena itu konsep diri dan pengenalan diri yang baik akan menghasilkan kesimpulan bahwa pasangan yang kita butuhkan bukanlah pasangan yang unggul, tapi pasangan yang tepat untuk diri kita.

Wallau 'alam

(Disarikan dari ceramah audio Anis Matta Lc, Persiapan Menuju Pernikahan)

7 comments:

  1. :D maksud sang ustad apa ya ? Saya pahami kalimat 'yang tepat', tapi sepertinya berbeda dengan pemahaman sang ustad.

    ReplyDelete
  2. maksudnya, klo emang ada yang seideal itu... bakalan diambil dia duluan lah :D hehehe

    ReplyDelete
  3. Ooooo....gitu yah....wah...berarti indah selama ini salah duong doa nya ^_^ Coz, mintanya yg terbaik bukan yg tepat... pantesan aja belom muncul2 ^_^ hehehehhe....

    ReplyDelete
  4. yup, mintalah yang "paling tepat", yang paling cocok, atau sesuai tuk diri kita :)

    ReplyDelete
  5. wah..doa saya salah juga dunk...mintanya "yang terbaik"...jadi mulai malem ini kalimatnya harus diganti yah...

    ReplyDelete
  6. *garuk2 kepala*
    jadi yg benar yg mana? Yg terbaik menurut ukuranNYA dan yg terpantas dimataNYA.. Saya jg redaksi nya sama dgn yg lain. Minta diberi yg terbaik..

    ReplyDelete
  7. ^_^
    yang terbaik menurut Nya, pasti yang paling terbaik untuk kita, karena dialah yang paling tepat untuk kita ^_^
    bukan berarti yang "terbaik" dalam artian bibit unggul, yang kriterianya tinggi :)
    *kata "terbaik" yang kedua pake tanda kutip :)

    *makin bingung ngga yaw :D hehehehe
    *begitulah ^_^ :)

    semoga kita mendapatkan pasangan yang paling tepat untuk diri kita ^_^

    ReplyDelete